Senin, 24 Desember 2012

PENERAPAN “AFIKSASI” PADA SURAT KABAR HARIAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Sebagai bahasa yang hidup, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu dapat dilakukan pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang kesempurnaan bahasa Indonesia. Pada bidang morfologi misalnya, pembinaan dan pengembangan biasanya diarahkan pada proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat dilakukan dengan cara, antara lain : proses pembubuhan afiks atau afik­sasi, pemajemukan, dan pengulangan atau reduplikasi.
Khusus mengenai proses pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kata-kata tersebut seperti : temu, amen, lempar, dan sebagainya. Jika Kata-kata itu dibubuhi afiks menjadi penemu, temuan, penemuan, den sebagainya, demikian pula terhadap kata amen dan lempar, maka makna dan bentuk kata-kata tersebut akan berubah, misalnya : temu (muka berhadapan muka ; tatap muka), penemu (orang yang menemukan); temuan (hasil menemukan); penemuan (proses atau cara menemukan). Jadi, proses pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan ketelitian karena jika salah, maka akan menjadi makna dan bentuknya tidak komunikatif.
Berdasarkan kenyataan itu, media massa, dalam hal ini surat sebagaimana diketahui, merupakan salah satu media yang dianggap resmi da­lam pemakaian bahasa. Oleh karena itu, tidak salah jika setiap surat kabar, sesuai dengan keberadaannya itu selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar, penuh ketelitian dalam penggunaan bahasa Indonesia, termasuk dalam hal pembentukan kata melalui afiksasi.
Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena di samping sebagai salah satu media resmi, juga media massa sangat berpotensi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang balk dan benar. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah media massa, dalam hal ini surat kabar, sudah patut menja­di panutan berbahasa Indonesia yang baik dan benar? Apakah sudah mene­rapkan kaidah-kaidah morfologis dalam penulisan berita-beritanya? Ataukah lebih mengutamakan prinsip ekonomi bahasa sebagai salah satu cirinya.
Dalam pemakaian bahasa di surat kabar, terdapat istilah “ekonomi bahasa”. Artinya, kita dapat menggunakan kata atau kalimat dengan  sehemat-hematnya. Akan tetapi, penghematan itu jangan sampai merusak kaidah baha­sa, apalagi menimbulkan salah paham (Arifin, 1993 : 15)..
1.2 .   Rumusan Masalah
Pada umunya, pembahasan afiksasi merupakan hal yang cukup rumit sering menemui kesulitan. Melihat kenyataan itu, penulisan skripsi ini akan dipusatkan pada masalah :
1.      Banyaknya penggunaan afiksasi dalam surat kabar
2.      Jenis – jenis dan bentuk  afiksasi yang sering digunakan pada surat kabar
1.3   Tujuan Penelitian
1.   Penelitian bertujuan untuk  menerapkan afiksasi yang benar pada  surat kabar.
2.  Agar pembaca dapat mengetahui apa yang kita sampaikan dan menanmbah pengetahuan    bagi pembaca.
1.4   Manfaat Hasil Penelitian
  1. Memberikan masukan bagi media massa pada umumnya dan lebih khusus bagi penerbit surat kabar
  2. Menjadi sumbangan bagi siapa saja yang mempunyai minat dan perhatian terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia;







BAB II
  LANDASAN  TEORI
2.1 Pembahasan Tentang Ruang Lingkup Apiksasi
Karena penelitian ini berjudul PENERAPAN “AFIKSASI PADA  SURAT KABAR HARIAN maka peneliti memfokuskan kajian pustaka ini menjelaskan tentang afiksasi.
A.    Pengertian afiks dan afiksasi
Afiksasi adalah pertumbuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsure – unsure dasar afiks dan makna gramatikal yang dihasilkannya.Afiks adalah sebuah bentuk yang biasanya berupa morfem yang diimbuhkan pada sebuah bentuk dasar dalam proses pembentukan kata.
Berikut ini akan dikelaskan lagi oleh para ahli tentang afiksasi dan afiks oleh para ahli :
Menurut Chaer (1994:177) “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan dapat ditambahkan pada awal kata”. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987:50) afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar.
Berikut ini adalah beberapa pengertian afiks menurut para pakar. Menurut M. Ramlan (1987:55) “Afiks ialah suatu gramatikal terikat yang didalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru”. Dan menurut Alwi, dkk (2003:31) afiks adalah “bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata”. Selanjutnya Chaer (1994:177) menyatakan “afiks merupakan sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam sebuah proses pembentukan kata”. dan diperjelas oleh Kridalaksana (1999:3) afiks merupakan “bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya”. Berdasarkan beberapa pengertian afiks di atas maka dapat disimpulkan afiks yaitu ambuhan yang disisipkan disebuah kata dasar atau bentuk leksikal penempatanya bisa di awal,di tengah dan di akhir.
Selanjutnya, Arifin menjelaskan bahwa berita dalam televisi, radio, surat kabar, majalah, serta tulisan dalam buku-buku, yang merupakan produk warta­wan dan penerbit, sangat mewarnai pemakaian bahasa dalam masyarakat. Oleh karena itu, suatu hal yang sangat masuk akal jika wartawan dan penerbit perlu meningkatkan kemahiran dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyebaran informasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Suatu hal yang menarik perhatian pembaca pada saat akan membaca sebuah surat kabar, yaitu judul-judul yang tercantum pada berita. Badudu      (1994 : 6), mengatakan bahwa menyusun bahasa untuk kepala berita memerlukan keahlian tersendiri karena ditulis dengan huruf yang benar ukurannya, hendak­lah kepala berita dibuat sesingkat-singkatnya dan dapat menarik perhatian pembaca. Namun, judul yang singkat bukan berarti bahwa harus menyalahi aturan atau kaidah bahasa secara sewenang-wenang. Berkaitan dengan hal itu, Iman Asyi’ri (1984 : 29) mengatakan bahwa judul sudah menggambarkan isi atau hal yang akan dibahas.
  Proses atau hasil penambahan afiks, seperti prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau penggabungan antara prefiks dan sufiks disebut afiksasi. Afiksasi dalam bahasa Indonesia terbentuk mengikuti pola yang rapi. Bentukan-bentukan itu menujukkan pertalian antara yang satu dengan yang lain secara teratur. Dengan kata lain, kata yang mengalami afiksasi mempunyai relasi makna yang konsisten. Verba yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi kata nomina yang bermakna umum ‘proses’ yang berimbuhan peng-an, dan dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna umum ‘hasil’ yang berimbulan -an (Arifin, E. Zainal dan Amran Tasai, 2000).



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1     Sumber penelitian
            Nara sumber penulis dapatkan dari surat kabar, internet dan dari buku panduan Morpologi Bahasa Indonesia ( Rusma Noortyani)
3.2      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh seorang peneliti guna untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Studi pustaka
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang bersangkutan dengan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian, sebab di dalam penelitian peneliti harus banyak membaca dengan mengkaji berbagai literatur.
Pada metode ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode simak.Metode ini dilakukan dengan membaca dan memahami wacana,serta dilanjutkan dengan teknik catat yaitu dengan mencatat kata atau kalimat yang ada pada sumber data.
Langkah – langkah yang digunakan
1.      Pengumpulan data
2.      Seleksi data
3.      Pengelompokan data

3.3              Teknik Analisis Data
Teknik Pilah Unsur Langsung
Teknik ini berdekatan dengan teknik urai unsur terkecil, yaitu memilah atau mengurai suatu konstruksi tertentu (morfologis atau sintaksis) atas unsur-unsur langsungnya.
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
Berdasarkan yang tercantum dalam surat kabar  yang penulis teliti terutama dalam hal pembentukan kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan).Oleh karena itu hasil penelitian data sebagai berikut :
  4.1  Analisis  Hasil  Penelitian
A.    Pengertian Afiksasi
Berikut ini adalah beberapa pengertian afiksasi menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:177) “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan dapat ditambahkan pada awal kata”. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987:50) afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar.
B.     Ciri-ciri Afiks
Ciri-ciri afiks menurut Yasin (1987:53) adalah sebagai berikut:
1) Afiks menurut unsur langsung
Afiks merupakan kata bembentuk kata-kata dismpin unsur lain.
contoh:
ber + lari = berlari
me + pukul= memukul
di + pukul= dipukul
Unsur langsung pembentuk kata-kata baru
2) Afiksasi merupakan unsur terikat
Sebagai unsur pembentuk kata-kata baru, afiks merupakan imbuhan dan bukan bentuk dasar. Sebagai merfem afiks merupakan morfem terikat.
Ber
me
pe
ter
contoh:
Adalah bentuk terikat yang tidak mempunyai arti apa-apa sebelum mengikatkan diri pada bentuk lain.

3) Afiks mampu melekat pada berbagai bentuk
contoh: sebagai afiks. “an” mampu melekat pada berbagai bentuk kata.
tulis + -an → tulisan
gambar + -an → gambaran
Namun ada afiks tertentu yang hanya mampu melekat pada kata-kata tertentu. Afiks yang demikian disebut afiks improduktif/tidak produktif.
contoh: /man/ + budi → = budiman
/man/ + seni → = seniman
4) Afiks tidak bermakna leksis
Contoh:
Apakah makna “ber”?
Apakah makna “ter”?
Apakah makna “me”?
Kita tidak dapat ;menjawab pertanyaan di atas. Hal ini berbeda dengan pernyatan di bawah in:
Apakah makna “ber” pada kata “berbaju”?
Apakah makna “ter” pada kata “tertinggal”?
Apakah makna “me” pada kata “memukul”?
Kedua kelompok bentuk pertanyaan di atas membuktikan bahwa afiks (ber, ter, me dan sebagainya). Tidak mempunyai makna leksis sebelum melekat pada unsur lain.
5) Afiks Mampu Mendukung Fungsi Gramatikal
Contoh Malas + ke-an → kemalasan
Bodoh + ke-an → Kebodohan
Pandai + ke-an → kepandaian
6) Afiks Mampu Mendukung Fungsi Semantik
Funsi disini maksudnya dilihat dari segi makna yang muncul.
Contoh: morpem /ter/-/ pada kalimat di bawah ini.
Dinda termasuk anak terpandai dikelas
Ani masuk rumah sakit karena tertabrak mobil saat menyeberang jalan
7) Kedudukan Afiks Tidak Sama Dengan Preposisi
Dalam bentuk dari beberapa afiks seiring dikacau dengan preposisi (kata depan) yang kebetulan bentuk hurupnya sama. Bentuk ke dan di pada ketua dank e rumah serta dipukul dan di rumah berbeda. Perhatikan contoh dibawah ini:
ketua = ke + tua
dipukul = di + pukul
afiks: jika berdiri sendiri tidak makna leksi.
Propesisi: jika berdiri sendiri akan mempunyai makna leksi.
Ke dan di sebagai propesi mengandung makna leksi. Menunjukan keterangan tempat/tujuan. Secara gramatis ke dan di sebagai preposisi mempunyai sipat bebes (berdiri sendiri).

C.    Jenis-jenis dan Bentuk Afiks
Dalam proses morfologis bahasan Indonesia terdapat beberapa macam afiks. Adalah sebagai berikut
1 Prefiks
Berikut ini adalah beberapa pengertian prefiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:178) “prefiks adalah afiks yang diimbuhkan dimuka bentuk dasar”. Kemudian menurut Keraf (1984:94) mengatakan “prefiks adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan didepan sebuah kata dasar dan bentuk dasar (kata dasar) prefiks juga disebut dengan awalan. Selanjutnya menurut Kridalaksana (2008:198) mengatakan “prefiks ialah afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal”. berdasarkan beberapa pengertian prefiks menurut para pakar di atas maka dapat disimpulkan prefiks adalah awalan yang berupa imbuhan yang dilekatkan pada dasar kata. prefiks terdiri dari /meng-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /per/.
Misalanya:
/meng/ + goreng → menggoreng
/men/ + dorong → mendorong
/me-/ + rebut → merebut
/ber/ + sepeda → bersepeda
/ber/ + ragam → beragam
/di/ + tampar → ditampar
/pe/ + lari → pelari
/pe/ + malas → pemalas
/per/ + budak → perbudak
/per/ + halus → perhalus
/per/ + besar → perbesar
/ter/ + jual → terjual
/ter/ + miskin → termiskin
2 Infiks
Berikut ini adalah beberapa pengertian infiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:178) “infiks adalah afiks yang di imbuhkan ditengah bentuk dasar”. Kemudian diperjelas lagi oleh Kridalaksana (2007:28) “infiks adalah afiks yang diselipkan kedalam”. Berdasarkan beberapa pengertian infiks menurut para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa infiks merupakan imbuhan yang diletakkan ditengah-tengah kata dasar. Infiks terdiri dari /-er/, /-em/, /-er/.
Misalnya:
suling + /-er/ → seruling
sabut + /-er/ → serabut
gigi + /-er/ → gerigi
tali + /-em/ → temali
kuning + /-em/ → kemuning
tanggung + /-em/ → temanggung
sidik + /-el/ → selidik
patuk + /-el/ → pelatuk
tunjuk + /-el/ → telunjuk
3 Sufiks
Berikut ini adalah beberapa pengertian sufiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994: 178) “sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar”. Kemudian menurut Keraf (1984: 110) “sufiks adalah semacam morfem terikat yang diletakkan dibelakang suatu morfem dasar”. selanjutnya Kridalaksana (2008: 93) mengatakan “sufiks yaitu afiks yang diletakkan dibelakang dasar”. Berdasarkan beberapa pengertian sufiks menurut para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa sufiks suatu imbuhan yang diletakkan diakhir kata dasar. sufiks terdiri dari /-kan/, /-an/, /-i/.
Misalnya:
ambil + /-kan/ → ambilkan
lempar + /-kan/ → lemparkan
kilo + /-an/ → kiloan
kaleng + /-an/ → kalengan
meminjam+ /-i/ → meminjami
mengulit+ /-i/ → menguliti
4 Konfiks               
Berikut ini adalah beberapa pengertian konfiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994: 179) “konfiks merupakan morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar, dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar”. Kemudian menurut keraf (1984: 115) “konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang bersama-sama membentuk arti selanjutnya”. Dan diperjelas oleh Kridalaksana (2008: 130) yang menyatakan “konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua bagian yang terpisah. Berdasarkan beberapa pengertian konfiks menurut para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa konfiks yaitu kata dasar yang diapit oleh dua imbuhan , diawal dan diakhir kata dasar. Konfiks terdiri dari /ke-…-an/, /per-…-an/, /pe-…-an/, /me-…-kan/
misalnya:
/ke-/ + dengar + /-an/ → kedengaran
/ke-/ + baik + /-an/ → kebaikan
/per-/ + gedungan + /-an/ → pergedungan
/per-/ + sekutu + /-an/ → persekutuan
/per-/ + sahabat + /-an/ → persahabatan
/pe-/ + waris + /-an/ → pewarisan
/pe-/ + ramal + /-an/ → peramalan
/me-/ + rasa + /-kan/ → merasakan
/meny-/ + sewa + /-kan/ → menyewakan
/men-/ + terus + /-kan/ → meneruskan
5 Proses Afiksasi
Berikut ini adalah beberapa pengertian afiksasi menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:1977) “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar”. dalam proses afiksasi terlihat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Menurut Parera (1994: 18) “proses afiksasi merupakan suatu proses paling umum dalam bahasa”. Proses afiksasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus berdasarkan posisi morfem terikat terdapat morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut”. Proses afiksasi dapat dibedakan atas: 1) pembubuhan depan 2) pembubuhan tengah 3) pembubuhan akhir, dan 4) pembubuhan terbagi. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987: 64) “proses afiksasi ialah proses pembubuhan afiks”. Dari beberapa pengertian afiksasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa afiksasi merupakan proses perubahan afiks atau morfem terikat di depan, di tengah dan di akhir bentuk dasar, sehingga membentuk kata atau pokok kata baru.
5.1 Prosas Prefiksasi
5.1.1 Proses Prefiksasi /meng-/
Prefiks /meng-/ memiliki alomorf (variasi bentuk) pada morfem lain. Variasi bentuk /meng-/ antara lain:
1) Variasi bentuk /meng-/ ialah /me-/ jika bentuk dasarnya berfonem r, 1, y Contoh:
/me-/ + rasa " merasa
/me-/ + lombat " melompat
/me-/ + nyanyi " menyanyi
2) Variasi bentuk /meng-/ ialah /mem-/ jika bentuk dasarnya berfonem /p/, /b/, /f/ Contoh:
/mem-/ + potong " memotong
/mem-/ + bawa " membawa
/mem-/ + fitnah " memfitnah
3) Variasi bentuk /meng-/ ialah /men-/ jika bentuk dasarnya berfonem d, c, j Contoh:
/men-/ + dengar " mendengar
/men-/ + cegah " mencegah
/men-/ + jahit " menjahit
4) Variasi bentuk /meng-/ ialah /menge-/ jika bentuk suku pertamanya hanya bersuku satu berfonem e
Contoh:
/me-/ + tik " mengetik
/me-/ + bom " mengebom


5.1.2 Proses Prefiksasi /ber-/
Prefiks /ber-/ memiliki alomorf (variasi bentuk) pada morfem lain. Variasi bentuk /ber-/ antara lain:
1) Variasi bentuk /ber-/ ialah /be-/ jika bentuk dasarnya berfonem r.
Contoh:
/ber-+ guna " berguna
/ber-+ air " berair
2) Variasi bentuk /ber-/ ialah /ber-/ jika bentuk suku pertamanya mengandung bunyi (-er)
Contoh:
/ber-/ + cermin " bercermin
/ber-/ + terbangan " berterbangan
3) Variasi bentuk ber-/ ialah /bel-/ jika melekat pada bentuk dasar ”ajar”
Contoh:
/ber-/ + ajar " belajar
2.5.1.3 Proses Prefiksasi /di-/
Awalan /di-/ tidak mempunyai alomorf (variasi bentuk). Bentuknya untuk posisi dan kondisi manapun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya prefiks /di-/ sebagai awalan dan prefiks /di-/ sebagai kata depan.
Prefiks /di-/ sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya. Sedangkan prefiks /di-/ sebagai kata depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinnya.
Contoh:
/di-/ + tangkap " ditangkap
/di-/ + perpustakaan " diperpustakaan
5.1.4 Proses Prefiksasi /pe-/
Prefiks /pe-/ termasuk awalan yang produktif. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya di depan kata yang diimbuhinya. Prefiks /pe-/ mempunyai enam macam bentuk, yaitu pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Aturan penggunaanya adalah:
1) /pe-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan l, r, ng, seperti terdapat pada kata-kata berikut:
pelari " (kata dasar : pelari)
perawat " (kata dasar : perawat)
pengeri " (kata daras : ngeri)
2) /pem-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b, dan p. Konsonan b tetap diwujudkan. sedangkan konsonan p tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu.
pembaca " (kata dasar : baca)
pemotong " (kata dasar : potong)
3) /pen- /digunakan dengan kata-kata yang dimulai dengan d dan t. Konsonan d tetap disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu terdapat pada kata-kata berikut:
pendengar " (kata dasar : dengar)
penarik " (kata dasar : tarik)
4) /Peny-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan s; konsonan s itu tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu terdapat kata-kata berikut:
penyair " (kata dasar : syair)
penyaring " (kata dasar : saring)
5) /Peng-/ digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan k, g, serta vocal a, i, u, e, o, terdapat kata-kata berikut:
penginap " (kata dasar : inap)
pengurus " (kata dasar : urus)
6) /Penge-/ digunakan pada kata-kata yang bersuku satu terdapat pada kata- kata berikut:
pengetik " (kata dasar : ketik)
pengecat " (kata dasar : cat)
5.1.5 Proses Prefiksasi / per-/
Prefiks /per-/ mempunyai varian sama dengan prefiks /ber-/. Variasi bentuk
yang ditimbulkan sama dengan variasi bentuk /ber-/ seperti:
1) Variasi bentuk /per-/ ialah /pe-/, jika bentuk dasarnya berfonem awal /r-/
Contoh:
/per-/ + cepat " percepat
/per-/ + istri " peristri
2) Variasi bentuk /per-/ ialah /pe-/, jika bentuk dasarnya bersuku awal dengan bunyi /er-/
Contoh:
/per-/ + temak " peternak
/per-/ + kerja " pekerja
3) Variasi bentuk /per-/ ialah /pel-/, jika melekat pada bentuk dasar "ajar"
Contoh:
/per-/ + ajar " pelajar
5.1.6 Proses Prefiksasi /ter-/
Awalan /ter-/ termasuk awalan yang produktif. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara mengaitkannya di muka kata yang diimbuhkannya. Prefiks /ter-/ mempunyai varian dengan variasi beberapa bentuk seperti:
1) Jika fonem awal dasarnya /r-/, maka variasi bentuk /ter-/ ialah /te-/
Contoh:
/ter-/ + rasa " terasa
2) Jika kata dasar bersuku awal dengan diakhiri fonem /r-/, maka variasi bentuk /ter- / ialah /ter-/ atau /te-/. Yang lebih sering terpakai ialah /te-/.
Contoh:
/ter-/ + perdaya " terperdaya
3) Prefiks /ter-/ tetap pada beberapa bentuk tertentu
Contoh:
/ter-/ + kaya " terkaya
/ter-/ + keras " terkeras
4) Terhadap beberapa kata tertentu /ter-/ menjadi /tel-/. mengalami proses gejala disimilasi.
Contoh:
/ter-/ + anjur " telanjur
/ter-/ + antar " telantar
5.2 Proses Infiksasi
5.2.1 Proses /-el/, /-em/, /-er/
Infiksasi /-e1-/, /-em-/, /-er-/ tidak mempunyai variasi bentuk dan ketiganya merupakan imbuhan yang tidak produktif. Artinya, tidak digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan diantara konsonan dan vokal suku pertama pada sebuah kata dasar.
Contoh:
/-el-/ + tapak " t-el-apak " telapak
/-er-/ + gigi " g-er-igi " gerigi
/-em-/ + tali " t-em-ali " temali
5.3 Proses Sufiksasi
5.3.1 Proses sufiksasi /-kan/
Sufiks /-kan/ tidak mempunyai variasi jadi untuk situasi dan kondisi manapun bentuknya sama. Pengimbuhan dilakukan dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. fungsi akhiran /-kan/ adalah membentuk kata kerja transitif, yang gunakan di dalam:
Contoh:
padam + /-kan/ " padamkan
lebar + /-kan/ " lebarkan
.5.3.2 Proses sufiksasi /-an/
Sufiks /-an/ menempel pada bagian belakang bentuk dasamya. Akhiran /-an/ tidak mempunyai variasi bentuk. Pengimbuhan dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya.
Contoh:
gambar + /-an/ " gambaran
semprot + /-an/ " semprotan
5.3.3 Proses sufiksasi /-i/
Sufiks /-i/ menempel pada bagian belakang bentuk dasamya. Akhiran /-i/ tidak mempunyai variasi bentuk. Pengimbuhan dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya.
Contoh:
melempar + /-i/ " melempari
memanas + /-i/ " memanasi
5.4 Proses Konfiksasi
5.4.1 Proses Konfiksasi /ke-...-an/
Imbuhan gabungan ke-...-an/ adalah awalan /ke-/ dan akhiran /-an/ yang secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Pengimbuahannya dilakukan secara serentak. Artinya, awalan /ke-/ dan akhiran /­an/ itu secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Umpamanya pada kata dasar nakal sekaligus diimbuhkan. Awalan /ke-/ + nakal + /-an/ itu sehingga langsung menjadi kenakalan. Kalau dibangunkan proses pembentukkan kata kenakalan adalah:
Ke nakal an
5.4.2 Proses Konfiksasi /per-...-an/
Imbuhan gabungan /per-.,an;/ adalah awalan /per-/ dan /-an/ yang secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Pengimbuahannya dilakukan secara serentak. Artinya, awalan /per-/ dan akhiran /-an/ itu secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.
/per-/ + kumpul + /-an/ " perkumpulan
/per-/ + temu + /-an/ " pertemuan
Berikut contoh bentuk afiksasi yang mempunyai kekonsitenan makna.
rakit                    merakit                      perakit              perakitan                      rakitan 
terbit                   menerbitkan               penerbit            penerbitan                  terbitan
telaah                  menelaah               penelaah              penelaahan                   telaahan
gali                      menggali                penggali               penggalian                    galian
hapus                  menghapus            penghapus           penghapusan                 hapusan
ringkas                meringkas              peringkas             peringkasan                  ringkasan
capai                   mencapai               pencapai              pencapaian                   capaian
layan                   melayani                pelayan                pelayanan                     layanan
putus                   memutuskan              pemutus            pemutusan                    putusan
simpul                  menyimpulkan         penyimpul            penyimpulan                 simpulan
ubah                    mengubah                  pengubah          pengubahan                  ubahan
ajar                     mengajar                   pengajar           pengajaran                    ajaran
pimpin                 memimpin               pemimpin             pemimpinan                  pimpinan
bangun                membangun               pembangun       pembangunan               bangunan
bina                     membina                pembina              pembinaan                    binaan
  
      Selain itu, pembentukan kata berikut mengikuti pola tersendiri.

tani                  bertani                          petani                           pertanian
tinju                  bertinju                         petinju                          pertinjuan
silat                 bersilat                         pesilat                           persilatan
mukim              bermukim                     pemukim                      permukiman
gulat                 bergulat                        pegulat                         pergulatan        

        Kelompok kata di bawah ini mengikuti cara lain.
Satu                bersatu             mempersatukan            pemersatu                                             persatuan
Solek               bersolek           mempersolek                pemersolek                                           persolekan
Oleh                 beroleh             memperoleh                  pemeroleh                                            perolehan




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
 5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian
Dari hasil penelitian ternyata didalam surat kabar yang penulis teliti terdapat banyak sekali afiksasi dalam setiap kalimat. Seperti yang juga di paparkan oleh Chaer (1994:1977) bahwa afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar”. dalam proses afiksasi terlihat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Menurut Parera (1994: 18) “proses afiksasi merupakan suatu proses paling umum dalam bahasa”. Proses afiksasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus berdasarkan posisi morfem terikat terdapat morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut”.
Dalam proses morfologis bahasan Indonesia terdapat beberapa macam afiks. Adalah     sebagai berikut
1.      Prefiks
2.      Infiks
3.      Sufiks
4.      Konfiks
Jadi dalam penelitian ini lebih menekankan pada afiksasi dalam penulisan surat kabar yang menggunakan Bahasa Indonesian yang benar dan mudah dimengerti oleh pembaca.
                                                                                           

5.2   Saran
Dari simpulan hasil penelitian di atas maka penulis berharap agar hasil penelitian tentang Afiksasi yang penulis paparkan di atas dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan juga bisa menambah wawasan kita tentang Afiksasi yang terdapat dalam Bahasa Indonesia.
Kemudian penulis juga mengharapkan motivasi dan partisipasi dari semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sebagai penyenpurnaan hasil penelian penulis.

DAFTAR  PUSTAKA

Chaer, A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah Djajasudarma. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.
http://www.slideshare.net/Rakatajasa/2010/05/06/morfologi-dan-morfofonemik-bahasa-sumbawa-dialek-tongo
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi. Jakarta. Gramedia.
Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. CV. Karyono. Yogyakarta
Saussure, Ferdinand de. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah University Press.unja
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik: Ke Arah Memahami Metode. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
________. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Yasin, S. 1987. Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Jogyakarta: Balai Buku Satria Harapan.