Sabtu, 13 Oktober 2012

TUGAS KELOMPOK


Ibnu Ma’ruf                          :A1B109233
Anggelianita Roesadi            :A1B109204
Rahmiyatul Ahda                  :A1B112214
Rusmawati                             :A1B110247
Dina Yaumil Amal                :A1B112216
Indah Purnama Sari             :A1B112217
Uswatun Hasanah                 :A1B112212
Uswatun Hasanah                 :A1B112225
H. Abdul Majid                     :A1B112232


1.  Jelaskan hakikat bahasa dengan disertai pembuktian pada masing-masing cirinya!

Bahasa adalah sistem bunyi yang bermakna dan beartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) bersifat arbriter dan konvensional yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dari definisi tersebut dapat diuraikan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa, antara lain:

1. Bahasa Sebagai Bunyi
Telinga kita selalu mendengar bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh benda- benda tertentu. o ya, apakah setiap bunyi termasuk bahasa?
Kita mendapat jawaban: TIDAK. Hanya bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Human Organs of Speech) yang disebut sebagai bahasa.
Bunyi ujaran merupakan sifat kesemestaan atau keuniversalan bahasa. Tak satupun bahasa di dunia ini yang tidak terjadi dari bunyi . Bahasa sebagai ujaran, mengimplikasikan bahwa media komunikasi yang paling penting adalah bunyi ujaran. Jika kita mempelajarai suatu bahasa kita harus belajar menghasilkan bunyi- bunyi suara.
Pada hakikatnya, bunyi (Kridalaksana, 1983:27) adalah kesan pada pusat syaraf sehingga akibat getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik sebagai fon atau dalam fonologi sebagai fonem.
Bahasa sebagai bunyi merupakan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai fon dan di dalam fonemik sebagai fonem.
Contoh: a, b, c, d, e, dan seterusnya.
Bunyi teriak, bersin, batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia.



2. Bahasa sebagai Simbol
Simbol atau lambang adalah sesuatu yang dapat melambangkan dan mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan secara arbitrer, konversional, dan representatif-interpretatif. tidak ada hubungan langsung dan alamiah antara yang menyimbolkan dengan yang disimbolkan, untuk itu baik yang batiniah (inner) seperti perasaan, pikiran, ide, maupun yang lahiriah (outer) seperti benda dan tindakan dapat dilambangkan atau diwakili simbol.
Manusia senantiasa bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang, memahami, dan menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya merupakan kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun batiniah yang disimbolkan, karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, dan perasaan, serta tindakan manusia.
Bahasa adalah kombinasi kata yang diatur secara sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi. Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu. Kata bersifat simbolis karena tidak memiliki hubungan langsung atau hubungan instrinsik dengan kenyataan yang diacunya, tetapi hanya bersifat arbitrer dan konversional.
Misalnya kata /b-u-k-u/ tidak ada hubungannya dengan benda yang dirujuk yaitu lembaran-lembaran kertas yang ditulis dan dibaca. Kata /a-p-i/ tidak ada hubungannya dengan sifat kepanasan yang diacunya sehingga walaupun kita mengucapkan kata api berkali- kali, maka mulut kita tidak akan terbakar. Hal itu hanya bersifat arbitrer dan kemudian disepakati menjadi suatu konvensi oleh pemakai bahasa. Contoh lain binatang berkaki empat yang biasa dikendarai dilambangkan berupa bunyi [kuda].
Sebuah wacana secara secara totalitas dapat juga berupa simbol. Dalam masyarakat batak dikenal wacana berupa ragam bahasa rataan (wailing language). Bahasa ratapan adalah syair yang diucapkan oleh seseorang ketika dia menangisi orang yang meninggal. Bahasa ratapan melambangkan dan mewakili perasaan si peratap. Bahasa ratapan itu sebagai simbol secara totalitas, tetapi wacana bahasa ratapan itu juga terdiri dari simbol- simbol yang lebih kecil seperti kata, frase, dan kalimat.



3. Bahasa Bersifat Arbitrer
Pengertian arbitrer dalam studi bahasa adalah manasuka, sewenang-wenang, asal bunyi, atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol (lambang) dengan yang dilambangkan. Arbitrer berarti dipilih secara acak tanpa alasan sehingga ciri khusus bahasa tidak dapat diramalkan secara tepat.
Secara leksis, kita dapat melihat kearbitreran bahasa. Kata anjing digunakan dalam bahasa Indonesia, Biang dalam bahasa Batak, Dog dalam bahasa Inggris. hal ini memiliki kata yang berbeda untuk menyatakan konsep yang sama. Kearbitreran bahasa di dunia ini menyebabkan adanya kedinamisan bahasa.

4. Bahasa bersifat Konvensional
Konvensional atau kesepakatan dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata-kata sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek, tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/ arbitrer, hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama (socially shared concept).
Setiap kita berbicara, kita terlibat dalam konvensi. Jika seseorang melihat kata kursi atau mendengar bunyi kursi , secara langsung dapat mengetahui bahwa kata itu merujuk pada sesuatu yang lain. Kita tahu bahwa tidak ada hubungan yang inhern antara kata kursi dengan benda kursi. Kata itu merujuk pada benda karena ada konvensi penamaan atau penyebutan benda tertentu dengan suatu nama tertentu.
Konvensi/ kesepakatan akan menentukan apakah kata yang dibentuk secara arbitrer dapat terus berlangsung dalam pemakaian bahasa atau tidak. Suatu bahasa tidak dapat dipaksakan agar dipakai pada suatu kelompok masyarakat bahasa. Kelangsungan hidup suatu bahasa ditentukan oleh kemauan, kebiasaan, atau kesepakatan masyarakat.

5. Bahasa Sebagai Sistem
Setiap bahasa memiliki sistem, aturan, pola, dan kaidah sehingga memiliki kekuatan atau alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Pada hakikatnya, setiap bahasa memiliki dua jenis sistem yaitu sistem bunyi dan sistem arti. Sistem bunyi mencakup bentuk bahasa dari tataran terendah sampai tertinggi (fonem, morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat, frase, paragraf, dan wacana). Sistem bunyi suatu bahasa tidak secara acak- acakan, tetapi mempunyai kaidah- kaidah yang dapat diterangkan secara sistematis. Sistem arti suatu bahasa merupakan isi atau pengertian yang tersirat atau terdapat dalam sistem bunyi.
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. dengan sistematis, artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan
contoh:  Saya tidak percaya diri ketika bersamanya.
Sedangkan sistemis artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik
Contoh:  /S/a/y/a/ tidak percaya diri ketika bersamanya.
Sistem bunyi dan sistem arti memang tidak dapat dipisahkan karena yang pertama merupakan dasar yang kedua dan yang kedua merupakan wujud yang pertama.

6. Bahasa Bermakna
Makna adalah arti, maksud atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan untuk menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di luar bahasa atau semua hal yang ditunjuknya. Macam- macam makna:

* Makna Leksis
Makna unsur- unsur bahasa terlepas dari penggunaannya atau konteksnya. Makna leksis sering disebut makna sebagaimana yang ada di dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya kata laki- laki mempunyai makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.
*
Makna Kiasan
Makna unsur- unsur bahasa yang didasarkan pada perasaan atau pikiran yang berada di luar makna sebenarnya. Misalnya Buah bibir memiliki makna menjadi pembicaraan orang.
*
Makna Kontekstual
Makna unsur bahasa yang didasarkan pada hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu dipergunakan. Misalnya kata bagus dapat berarti jelek ketika seorang ayah mengejek anaknya yang malas belajar, kalimat yang digunakan patutlah nilaimu sangat bagus.
*
Makna gramatis
Makna yang diperoleh berdasarkan hubungan antara unsur- unsur bahasa dalam satuan- satuan yang lebih besar. Misalnya pada kata dia mencintai ibunya, bermakna sebutan atau perbuatan aktif.

7. Bahasa Bersifat Produktif
Hal ini diartikan sebagai kemampuan unsur bahasa untuk menghasilkan terus- menerus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur- unsur baru. Meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Umpamanya kita ambil fonem-fonem bahasa Indonesia /a/, /i/, /k/, dan /t/, maka dari keempat fonem itu dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa
/i/-/k/-/a/-/t/
/k/-/i/-/a/-/t/
/k/-/i/-/t/-/a/
/k/-/a/-/i/-/t/
/k/-/a/-/t/-/i/

8. Bahasa Bersifat Universal
Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Pada sifat internal bahasa, universal adalah kategori linguistikyang berlaku umum untuk semua bahasa. Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang namanya kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

9. Bahasa Bersifat Unik
Hal ini terlihat dari studi bahasa adalah kategori bahasa yang tersendiri bentuk dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa ada perbedaan dengan bahasa lain meskipun termasuk dalam bahasa serumpun. Bahasa  dikatakan unik karena setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Contohnya salah satu dari bahasa jawa, barangkali setiap kata yang dimulai dengan fonem /b/, /d/, /g/, /k/, /p/, dan /t/. misalnya Bandung dilafalkan mBandung.

10. Bahasa itu manusiawi
            Kalau kita menyimak kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat komunikasi manusia karena alat komunikasi binatang itu terbatas.
Contoh: Burung beo bisa menirukan suara manusia dan mengulang-ulang ucapan yang pernah dilatihkan atau pernah berulang-ulang didengarnya, dan tidak dapat mengucapkan kalimat baru yang pernah didengarnya.
            Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa satu-satuan komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap.sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang berpikir, homososio makhluk yang bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta alat-alat dan juga animalrasionale makhluk rasional yang beerakal budi. Maka dengan segala macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini, dan yang masih akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.

11. Bahasa itu Bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa. Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa hukum.
12. Bahasa itu Dinamis
Bahasa itu dikatakan dinamis karena berubah-ubah, untuk melihat perubahannya kita harus melihat dari jangka waktu 1 abad atau 100 tahun. Contohnya, efektif dan efesien dulunya adalah sangkil dan mangkis.


2.   Jelaskan perbedaan dan bagaimanakah keterkaitan dikotomi untuk istilah

Langue & Parole
Langue adalah bahasa sebagai objek sosial yang murni, dengan demikian keberadaannya terletak di luar individu, yakni sebagai seperangkat konvensi-konvensi sistemik yang berperan penting di dalam komunikasi. Langue adalah bagian sosial dari langage, berada di luar individu, yang secara mandiri tidak mungkin menciptakan maupun mengubahnya. Langue hanya hadir sebagai sebuah kontrak di masa lalu di antara para anggota masyarakat. disamping sebagai institusi sosial, langue juga berfungsi sebagai sistem nilai. Bagi Saussure, langue adalah suatu sistem tanda yang mengungkapkan gagasan. untuk menjelaskan langue sebagai suatu sistem, ia mengemukakan suatu perbandingan bahasa sebagai langue dapat dikomparasikan dengan main catur.
Kebalikan dengan langue, parole merupakan bagian dari bahasa yang sepenuhnya individual. parole dapat dipandang, pertama, sabagai kombinasi yang memungkinkan penutur mampu menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Di samping itu, kedua, parole pun dapat dipandang sebagai mekanisme psiko-fisik yang memungkinkan penutur penampilkan kombinasi tersebut. Aspek kombinatif ini mengimplikasikan bahwa parole tersusun dari tanda-tanda yang identik dan senantiasa berulang. karena adanya keberulangan inilah maka setiap tanda bisa menjadi elemen dari langue. Secara singkat dapat dikatakan bahwa parole merupakan penggunaan aktual bahasa sebagai tindakan individu-individu.
Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu dan setara dengan kalam. dengan demikian dapat dibedakan antara langue (yang histroris) dengan parole (yang a-historis).
Konsep Langue dan Parole dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Langue merupakan keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat bahasa. Parole adalah tuturan atau realisasi dari langue.

Perbedaan Langue dan Parole
Langue
Parole
Produk sosial dari kelompok sosial.
Individual, bervariasi, dan berubah-ubah.
Pasif
Aktif
Abstrak
Konkrit


Kompetensi & Performansi
Kompetensi adalah pengetahuan penutur-pendengar mengenai bahasa mereka. Sedangkan Performansi adalah aktualisasi bahasa.

Struktur dalam & Struktur luar
Struktur luar adalah susunan kalimat atau himpunan kalimat suatu teks atau bagian teks yang akan dibaca atau didengar. Pendek kata, struktur luar sama dengan struktur yang tersurat sebagaimana yang tersaji dalam kondisi siap-pakai, siap-baca. Sedangkan struktur dalam dapat disebut sebagai struktur tersirat.
Struktur dalam belum mengalami proses lebih lanjut dalam perumusannya. Untuk mudahnya, dapat dikatakan bahwa struktur dalam berhubungan dengan isi. Sebagai sebuah istilah, transformasi dalam teori teks ialah perubahan struktur dalam menjadi struktur luar. Jadi, dari bentuk tersirat menjadi bentuk tersurat. Melalui transformasi, struktur dalam menjelma menjadi struktur luar. Tahap transformasi ini menjadi bagian utama dalam teori teks. Dalam teori teks, parafrase dipergunakan untuk mengembalikan struktur dalam, mengembalikan struktur “bergaya” menjadi struktur yang sederhana. Parafrase membuka jalan untuk mengetahui deviasi dan foregrounding yang terdapat pada struktur luar. Apa yang tersirat dalam struktur luar tidak senantiasa dapat diterangkan melalui parafrase saja. Penjelasan lebih lanjut masih diperlukan mengenai konteks dan situasi serta kondisinya, yakni hal-hal yang ada sangkut-pautnya dengan struktur luar dan struktur dalam tersebut. Oleh karena itu, interpretasi diperlukan. Hal ini disebabkan bahwa interpretasi merupakan penjelasan struktur dalam berdasarkan atau memperhatikan konteksnya.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur dalam atau struktur batin (deep structure) dan struktur luar atau disebut juga struktur lahir (surface structure). Dalam banyak hal kedua struktur ini memang menyatu sehingga tidak tampak adanya perbedaan. Terkadang antara struktur luar dan struktur dalam adalah sama namun dalam banyak hal yang lain ada satu struktur luar yang sebenarnya memiliki dua struktur lahir yang berbeda.
Dapatlah disimpulkan pengertian mengenai struktur batin versus struktur lahir: (a) satu kalimat dapat memiliki struktur dalam dan struktur luar yang sama, (b) satu kalimat dapat memiliki dua struktur dalam yang berbeda, (c) dua kalimat yang tampak memiliki struktur luar yang sama ternyata dapat memiliki dua struktur dalam yang berbeda, (d) dua kalimat yang memiliki dua struktur luar yang berbeda ternyata dapat memilki satu struktur batin yang sama.5 Inilah pula yang membedakan bahasa manusia dengan bahasa binatang.


3.      Coba jelaskan linguistik dan subdisiplinnya dalam 1000 kata!



Setiap disiplin ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang berkenaan dengan adanya hubungan disiplin dengan masalah-masalah lain. Misalnya ilmu kimia dibagi atas kimia organik dan kimia anorganik. Pembagian atau percabangan itu diadakan tentunya karena objek yang menjadi kajian disiplin ilmu itu sangat luas atau menjadi luas karena perkembangan dunia ilmu. Demikian pula dengan linguistik. Mengingat bahwa objek linguistik, yaitu bahasa, merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka subdisiplin atau cabang linguistik itu pun menjadi sangat banyak.
1. Linguistik Dilihat dari Pembidangnya
a. Linguistik Umum
            Linguistik umum merumuskan bahasa manusia yang bersifat alamiah dengan memberikan gambaran secara umum tentang bahasa sehingga menghasilkan teori bahasa secara umum. Perumusan bahasa manusia dilakukan secara sederhana, umum, tepat, dan objektif. Linguistik umum berisikan teori, prosudur kerja, dan paham-paham yang berkembang.

b. Linguistik Terapan
            Linguistik terapan merupakan ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis, alat pemecah permasalahan yang berkaitan dengan kebahasaan. Misalnya, linguistik diterapkan untuk penyusunan kamus, pengajaran bahasa, dan pembinaan bahasa.
Contohnya dalam meneliti kosa kata yang hilang dan bagaimana cara pemertahanannya.
c. Linguistik Teoritis
            Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajianya itu. Linguistik teoritis lebih mengutamakan penelitian bahasa dari segi internal, tidak melihat bahasa sebagai alat seperti linguistik terapan, melainkan sebagai bahasa itu sendiri seperti memperdalami fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, semantic, dan pragmatik.

2. Linguistik Dilihat dari Sifat Telaahnya
a. Linguistik Mikro
            Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktural internal bahasa tertentu       atau structural internal bahasa pada umumnya. Linguistik mikro memiliki sifat yang lebih sempit. Bahasa dipandang sebagai bahasa karena lebih mengacu pada struktur internalnya. Misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

b. Linguistik Makro
            Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya daripada struktur internal bahasa. Linguistik makro memiliki sifat yang lebih luas daripada linguistik mikro. Kajiannya mengacu pada struktur eksternal bahasa. Bahasa digunakan untuk melihat bahasa dengan sudut pandang dari luar atau faktor-faktor dari luar kebahasaan. Misalnya, sosiolinguistik, antropolinguistik, psikolinguistik, dan neurolinguistik.

3. Linguistik Dilihat dari Pendekatan Objeknya
a. Linguistik Deskriptif
            Linguistik deskriptif melihat dan menggambarkan bahasa dengan apa adanya.
Misalnya dalam meneliti UUD Sultan Adam, bahasa yang menjadi sorotan adalah bahasa yang hidup sekarang, menggunakan  bahasa ketika mengadakan penelitian yaitu bahasa Banjar.

b. Linguistik Historis Komparatif (membandingkan dua bahasa dua zaman atau lebih)
            Linguistik historis komparatif membandingkan dua bahasa atau lebih pada periode waktu yang berbeda. Kajian ini dilakukan untuk menemukan titik persamaan dan perbedaan sehingga dapat menentukan kekerabatan bahasa. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo, Atinggola, dan Suwawa pada tahun 1950 dan 1980.

c. Linguistik Kontrastif (dua bahasa satu zaman)
            Linguistik kontrastif membandingkan bahasa-bahasa pada periode tertentu. Pada umumnya, linguistik kontrastif dilakukan untuk menemukan persamaan dan perbedaan bahasa, baik pada tingkat fonologis, morfologis, maupun sintaksis. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Jawa, Madura, dan Sunda pada zaman kerajaan Majapahit.

d. Linguistik Sinkronis (satu bahasa satu zaman, tanpa membandingkannya)
            Linguistik sinkronis menyelidiki bahasa pada waktu tertentu. Linguistik sinkronis tidak membandingkan bahasa dengan bahasa yang lain, dan juga tidak membandingkan periode waktunya dengan periode waktu yang lain. Sifatnya horizontal, mendatar. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo pada masa pendudukan Jepang.

e. Linguistik Diakronis (dua bahasa dua periode, tanpa membandingkannya)
            Linguistik diakronis menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa. Sifatnya vertikal. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo sejak mula adanya sampai sekarang.

4. Linguistik Dilihat dari Tautannya dengan Ilmu Lainnya
a. Psikologi
            Psikologi dapat digunakan dalam ilmu kebahasaan untuk menganalisis pemerolehan bahasa yang diakibatkan oleh gangguan psikologis seseorang. Kombinasi psikologi dengan ilmu kebahasaan melahirkan psikolinguistik. Psikolinguistik menjadikan bahasa sebagai objeknya. Proses pemahaman, perkembangan pemerolehan, dan perubahan bahasa akibat latar belakang psikis itulah yang dianalisis psikolinguistik.

b. Sosiologi
            Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari sosial kemasyarakatan tertentu. Sosiologi dapat dimanfaatkan dalam ilmu kebahasaan sehingga lahirlah sosiolinguistik. Sosiolinguistik mempelajari hubungan antara aspek sosial dengan kegiatan berbahasa. Sosiolinguistik dapat digunakan untuk perencanaan bahasa maupun untuk penyelesaian konflik bahasa di daerah-daerah tertentu.

c. Antropologi
            Pemanfaatan antropologi dalam ilmu kebahasaan melahirkan antropolinguistik atau etnolinguistik. Antropolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa, penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.

5. Linguistik Dilihat dari Penerapannya
a. Dialektologi
            Dialektologi mempelajari serta membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang serumpun untuk mencari persamaan dan perbedaannya. Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan geografi.

b. Leksikologi
            Leksikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan kosakata. Leksikologi digunakan untuk mempelajari munculnya kata pada suatu bahasa, perubahan makna akibat perubahan daerah pemakaian dan masa pemakaian, serta pemakaian kata-kata dalam kehidupan sehari-hari.

c. Leksikostatistik
            Leksikostatistik sering disebut pula glotokronologi. Leksikostatistik adalah ilmu yang mempelajari umur kata sejak mula adanya dengan menggunakan rumus-rumus statistik. Leksikostatistik dapat dimanfaatkan untuk menentukan bahasa induk atau bahasa proto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar