MORFOLOGI
BAHASA INDONESIA
Kelompok
2
Oleh:
Ibnu Ma’ruf :A1B109233
Anggelianita Roesadi :A1B109204
Rahmiyatul Ahda :A1B112214
Rusmawati :A1B110247
Dina Yaumil Amal :A1B112216
Indah Purnama Sari :A1B112217
Uswatun Hasanah :A1B112212
Uswatun Hasanah :A1B112225
H. Abdul Majid :A1B112232
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
MORFOLOGI
A. Pengertian
Morfologi
Morfologi
(dalam tata bentuk Bahasa Inggris, morfhologi)
adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara
gramatikal. Tambahan “secara gramatikal”
dalam defenisi ini mutlak ada karena setiap kata juga dapat dibagi atas segmen
yang terkecil disebut fonem, tetapi
fonem-fonem ini tidak harus berupa morfem.
Misalnya kata medan terdiri atas lima
fonem, tetapi kata itu sendiri terdiri atas satu morfem saja. Satu morfem
kebetulan dapat juga terdiri atas satu fonem saja, misalnya –s dalam kata
Bahasa Inggris sleeps.
Dalam
analisis morfologi kita ambil bentuk ajar.
Dengan menambahkan meng- di depannya
kita dapat membentukkan kata mengajar.
Tetapi proses-proses morfemis dapat menghasilkan cukup banyak kata yang lain,
misalnya belajar, pelajar, pelajaran,
mengajar, pengajar, mengajarkan, mengajari, mempelajari, diajar, diajarnya, dan
sebagainya.
Samsuri (1988:
15) mendefinisikan “Morfologi sebagai cabang linguistik yang mempelajari
struktur dalam bentuk-bentuk kata.” Satuan dasar analisisnya yang diakui dalam
morfologi ialah morfem.
Selanjutnya,
menurut Supriyadi dkk (1996: 5) morfologi ialah cabang dari ilmu bahasa yang
mempelajari seluk-beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak dari
perubahan itu terhadap arti (makna) dan kelas kata.
B. Pembentukan
kata
Pembentukan kata banyak terjadi pada
suatu bahasa untuk segala kebutuhan gramatikal. Kata dapat dibentuk untuk
memenuhi fungsi derivasional maupun infleksional. Pembentukan kata dapat
terjadi dalam beberapa proses.
1.
Afiksasi
Pembentukan kata yang
paling umum adalah dengan menambahkan afiks atau dikenal dengan afiksasi (Bauer
1988: 19). Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau
bentuk dasar (Chaer 2007: 177). Afiks merupakan morfem yang digunakan dengan
cara menggabungkannya dengan morfem lain yang merupakan bentuk dasar. Afiks
juga merupakan morfem terikat dan tidak pernah berdiri sendiri di dalam sebuah
kalimat (Katamba 1993: 44). Afiks sendiri tidak mempunyai makna, tetapi selalu
terikat pada bentuk dasarnya.
a.
Prefiksasi (Awalan)
Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar
(mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
1. Prefiks meng-
Contoh:
1. Prefiks meng-
a)
bentuk prefiks meng- adalah jika fonem awal satuan
dasar kata bentuknya /n/, /k/, /g/, /x/
·
hindar + meng- menjadi menghindar
·
urus + meng- menjadi mengurus
b)
bentuk prefiks mem-, jika fonem awal satuan dasar kata bentuknya /b/, /p/, atau /f/
·
buang + mem- menjadi membuang
·
pilih + mem- menjadi memilih
c)
bentuk prefiks meny-,
jika fonem awal satuan dasar kata bentuknya /s/, /c/, /j/, atau /z/
·
cuci + meny- menjadi menyuci
·
sempit + meny- menjadi menyempit
d) bentuk prefiks men-, jika fonem awal satuan dasar kata
bentuknya /d/ dan /t/
·
dapat + men- menjadi mendapat
·
tawar + men- menjadi menawar
e) bentuk prefiks menge-, jika satuan dasarnya berupa satu
suku kata
·
cat + menge- menjadi mengecat
·
las + menge- menjadi mengelas
2.
Prefiks di-
Menurut struktur fonologisnya prefeiks di- hanya memiliki sebuah bentuk yaitu di-.
contoh:
·
Sabit + di- = disabit
·
Aspal + di- = diaspal
3.
Prefiks ber-
Ada tiga macam
prefiks ber- yaitu ber-, be-, bel-.
Contoh:
·
ubah + ber- = berubah
·
rumput + be- = berumput
·
ajar + bel- = belajar
b.
Infiksasi
Infiksasi adalah proses morfologis yang
terjadi pemeranan infiks sebagai satuan pembentuk. Infiks adalah jenis afiks
yang berposisi di bagian tengah satuannya, contoh:
·
guruh + -em = gemuruh
·
tapak + -el = telapak
·
sabut + -er = serabut
·
kerja + in = kinerja
c.
Sufiksasi
Sufiksasi adalah proses morfologis yang
terjadi dengan pemeranan sufiks sebagai unsur pembentukan satuan. Sufiks
merupakan afiks yang berposisi di bagian belakang satuan dasar, contoh:
·
lari + -kan = larikan
·
turut + -i = turuti
·
tahan + -an = tahanan
d.
Konfiksasi
Konfiksasi adalah proses morfologis yang terjadi dengan pemeranan konfiks
sebagai unsure pembentuk satuan. Konfiks adalah afiks yang diimbuhkan di depan
dan di belakang bentuk dasar, contoh
·
pandang + ber-an =
berpandangan
·
hujan + ke-an =
kehujanan
·
kupas + peN-an =
pengupasan
·
toko + per-an =
pertokoan
·
baik + se-nya =
sebaik-baiknya
2. Reduplikasi
Reduplikasi merupakan pengulangan, baik
pengulangan seluruh kata dasar maupun pengulangan sebagian kata dasar. Dalam
bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan
kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi
terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi ada pula
reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah
semantis.
1. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi
fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau terhadap bentuk yang
statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan
makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk
reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti berikut ini :
·
dada, pipi, kuku,
cincin. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari da, pi, ku, dan cin. Jadi,
bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
·
foya-foya,
tubi-tubi, anai-anai, ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas termasuk
bentuk pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, bentuk dasarnya tidak
berstatus sebagai akar yang mandiri. Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada
akar foya, tubi, anai, dan ani.
·
kupu-kupu,
kura-kura, onde-onde, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga merupakan pengulangan
yang diulang secara utuh. Akan tetapi, hasil reduplikasinya tidak melahirkan
makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
·
luntang-lantung,
mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang
menjadi bentuk dasar pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya makna
leksikal, bukan makna gramatikal.
2. Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Contohnya adalah :
Jangan jangan kau dekati pemuda
itu.
Suaminya benar benar jantan.
Kata beliau, “tenang tenang, jangan
panik”.
3. Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan
“makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya, cerdik
cendekia, alim ulama, dan ilmu pengetahuan. Selain itu,
bentuk-bentuk seperti segar bugar, kering mersik, muda belia, tua renta, dan
gelap gulita menurut Abdul Chaer juga termasuk dalam reduplikasi semantis.
Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan
dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi.
4. Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada
bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks, dan berupa bentuk
komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan sebagian,
maupun pengulangan berubah bunyi.
a. Pengulangan Akar
§
Dwilingga
(pengulangan utuh)
Pengulangan utuh
(dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk
fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja),
sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan),
dan tinggi-tinggi (bentuk dasar tinggi).
§
Dwipurwa
(pengulangan sebagian)
Pengulangan sebagian
(dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku katanya saja
yang diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan “pelemahan” bunyi.
Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur (bentuk
dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari (bentuk
dasar jari).
§
Dwilingga salin
suara (pengulangan dengan perubahan bunyi)
Pengulangan dengan
perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan bentuk dasar tetapi
disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa pula
bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip,
sayur-mayur, lauk-pauk, ramah-tamah.
§
Dwiwasana
Dwiwasana adalah
pengulangan bagian belakang dari leksem. Contohnya adalah tertawa-tawa,
pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.
§
Trilingga
Trilingga adalah
pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem. Contohnya
adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b. Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dan
reduplikasi.
§
Pertama, sebuah akar
diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat
mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang
menjadi bentuk melihat-melihat.
§
Kedua, sebuah akar
direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya, akar jalan
mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber-
menjadi berjalan-jalan.
§
Ketiga, sebuah akar
diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi
prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Pada contoh di atas, proses reduplikasi yang
terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau sesuai dengan arus ujaran,
sehingga disebut reduplikasi progresif. Akan tetapi, ada pula reduplikasi
regresif, yaitu reduplikasi yang proses pengulangannya terjadi ke arah sebelah
kiri. Contohnya adalah tembak-menembak, pukul-memukul.
c. Reduplikasi Morfemis
Harimurti Kridalaksana menjabarkan menjadi
§
Reduplikasi
pembentuk verba
Contohnya adalah :
1. Sebaiknya beres-beres
dari sekarang.
2. Habis sudah majalah
ini digunting-gunting oleh adikmu.
3. Kedua anak itu
sedang berpukul-pukulan memperebutkan sebuah coklat.
§
Reduplikasi
pembentuk ajektiva
Contohnya adalah :
1. Anak Pak Hasan cantik-cantik.
2. Ia anak baik-baik.
3. Keris ini pusaka turun-temurun
keluarga kami.
§
Reduplikasi
pembentuk nomina
Contohnya adalah :
1. Penduduk desa itu
bertanam sayur-mayur.
2. Tetangga kami akan mengadakan
pesta selamatan.
3. Langit-langit rumah kami sedang
diperbaiki.
§
Reduplikasi
pembentuk pronomina
1. Dia-dia saja yang menjadi
ketua kelompok.
2. Kami-kami ini biasanya makan
di warung tegal.
3. Mereka menyebut kita-kita
ini orang bodoh.
§
Reduplikasi
pembentuk adverbia
1. Kerjakan tiga-tiga
supaya cepat selesai.
2. Dia meniti jembatan
itu dengan perlahan-lahan.
3. Ia berangkat ke
kantor pagi-pagi sekali.
§
Reduplikasi
pembentuk interogativa
1. Apa-apaan kamu datang ke rumah
saya malam-malam begini.
§
Reduplikasi
pembentuk numeralia
1. Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul
di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.
3. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses
penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat,
sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang
berbeda, atau yang baru (Chaer: 185).
Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang,
dan rumah sakit.
Verhaar
(1978) menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk kalau hubungan kedua
unsurnya tidak bersifat sintaksis. Kridalaksana (1985) menyatakan kata majemuk
haruslah tetap berstatus kata: kata majemuk harus dibedakan dari idiom, sebab
kata majemuk adalah konsep sintaksis, sedangkan idiom adalah konsep semantik.
a. Perbedaan Kata
Majemuk, Frasa, dan Klausa
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua buah morfem yang
berhubungan secara padu dan hasil penggabungan morfem-morfemnya menimbulkan
makna baru. Gabungan yang tidak padu dan tidak menimbulkan makna baru disebut
kata atau frasa.
Klausa terjadi jika gabungan kata menempati dua jabatan kalimat atau lebih
(SP). Contoh klausa : saya tidur.
Kata “saya” sebagai subjek dan “tidur” sebagai predikat. Kata majemuk adalah
kontruksi morfologi sedangkan frasa dan klausa adalah kontruksi sintaksis.
b. Perbedaan Antara
Kata Majemuk dengan Idiom
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk melalui penggabungan satu kata
dengan kata yang lain namun maknanya secara langsung masih bisa ditelusuri dari
makna masing-masing kata yang tergabung.
Kata majemuk: A+B menimbulkan makna AB
Contoh: terjun + payung = melakukan terjun dari udara dengan
memakai alat semacam paying
Sedangkan
idiom adalah perpaduan dua kata atau lebih, tetapi makna dari perpaduan ini
tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang
tergabung.
Idiom: A+B menimbulkan makna C
Contoh: naik + darah = marah
Selain itu,
dilihat dari panjang pendeknya bentuk. Biasanya verba majemuk pendek dan umumnya
terbatas pada dua kata. Sebaliknya, idiom bisa terdiri dari dua kata atau
lebih.
Contoh idiom: bertepuk
sebelah tangan, memancing di air keruh
4.
Abreviasi/
Pemendekan kata
Menurut teori nonkonvensional, abreviasi merupakan salah satu proses
morfologis. Abreviasi adalah proses pemenggalan satu atau beberapa bagian
leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang berstatus
kata. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya
disebut kependekan.
Dalam proses ini, leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau
akronim atau singkatan dengan pelbagai abreviasi, yaitu dengan pemenggalan,
kontraksi, akronimi, dan penyingkatan.
Jenis-jenis Kependekan
Bentuk-bentuk kependekan muncul akibat terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa
secara praktis dan cepat. Di antara bentuk-bentuk kependekan tersebut terdapat
bentuk-bentuk berikut:
a. Singkatan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa
huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak,
misalnya: FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia), KKN (Kuliah Kerja
Nyata), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
b. Penggalan
Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu
bagian dari leksem, seperti Prof (Profesor), Kol (Kolonel), Pak (Bapak).
c. Akronim
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang
sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia seperti SIM
(Surat Izin Mengemudi), IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), LAN
(Lembaga Administrasi Negara).
d. Kontraksi
Kontarksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem
dasar atau gabungan leksem seperti takkan (tidak akan), rudal (peluru
Kendal), sendratari (seni drama tari).
e. Lambang huruf
Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu
huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur,
seperti cm (centimeter), kg (kilo gram), Au (Aurum).
Klasifikasi Bentuk-bentuk Kependekan
a. Singkatan
Bentuk
singkatan terjadi karena proses-proses berikut:
1. penggalan huruf
pertama tiap komponen. Misalnya: H = Haji, AA = Asia-Afrika, RS = Rumah
Sakit.
2. pengekalan huruf
pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi, dan artikulasi
kata. Misalnya: IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. pengulangan huruf
pertama dengan bilangan bila berulang. Misalnya 3D = Dilihat, Diraba,
Diterawang.
4. pengekalan dua huruf
pertama dari kata. Misalnya: Ny = nyonya, Wa = Wakil.
5. pengekalan tiga
huruf pertama dari sebuah kata. Misalnya: Okt = Oktober.
6. pengekalan empat
huruf pertama dari suatu kata. Misalnya: sekr = sekretaris, Sept =
September.
7. pengekalan huruf
pertama dan huruf terakhir kata. Misalnya: Ir = Insinyur.
8. pengekalan huruf
pertama dan huruf ketiga. Misalnya: Gn = Gunung.
9. pengekalan huruf
pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata
kedua. Misalnya: Kpt = Kapten.
10. pengekalan huruf pertama kata pertama dan
huruf pertama kata kedua dari gabungan kata. Misalnya: VW = Volkswagen.
11. pengekalan dua huruf pertama dari kata
pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata. Misalnya Swt
= Swatantra.
12. pengekalan huruf pertama suku kata pertama
dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata. Misalnya: Bdg
= Bandung, tgl = tanggal.
13. pengekalan huruf pertama dari tiap suku
kata. Misalnya: hlm = halaman.
14. pengekalan huruf pertama dan huruf keempat
dari suatu kata. Misalnya:DO = depot.
15. pengekalan huruf yang tidak beraturan. Misalnya:
Kam = keamanan.
b. Akronim dan Kontraksi
Akronim dan
kontraksi sukar dibedakan, sering tumpang tindih. Sebagai pegangan dapat
ditentukan bahwa bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai kata wajar,
kependekan itu merupakan akronim.
Akronim dapat
terjadi karena proses-proses berikut:
1. akronim nama diri
yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital. Misalnya: ABRI=Angkatan Bersenjata Rpublik Indonesia.
2. akronim nama diri yang
berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri= Akademi angkatan
bersenjata Republik Indonesia.
3. akronim yang bukan
nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu=
pemilihan umum.
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan
jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia. Dan akronim dibentuk dengan mngindahkan keserasian kombinasi vocal
dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Secara garis besar, kontraksi mempunyai subklasifikasi sebagai
berikut:
1. pengekalan suku
pertama dari tiap komponen. Misalnya: Orba=orde baru.
2. pengekalan suku
pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya. Misalnya: angair=angkutan
air.
3. pengekalan suku kata
terakhir dari tiap komponen. Misalnya: Gatrik=tenaga listrik.
4. pengekalan suku
pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen
selanjutnya. Misalnya: Gapeni= Gabungan Pengusaha Apotek Nasional Indonesia.
5. pengekalan suku
pertama tiap komponen dengan pelesapan konjungsi. Misalnya: Anpuda= Andalan
Pusat dan Daerah.
6. pengekalan huruf
pertama tiap komponen. Misalnya: KONI=Komite Olahraga Nasional Indonesia (bertumpang
tindih dengan singkatan).
7. pengekalan huruf
pertama tiap komponen frasa dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir.
Misalnya: Aika= Arsitek Insinyur Karya.
8. Pengekalan dua huruf
pertama tiap komponen.Misalnya: Unud= Universitas Udayana.
9. pengekalan tiga
huruf pertama tiap komponen. Misalnya: Puslat=Pusat latihan.
10. pengekalan dua huruf pertama komponen
pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi.
Misalnya: abnon=abang dan none.
11. pengekalan dua huruf
pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen
kedua. Misalnya: Nekolim= Neokolonialisme, Kolonialisme, imperialis.
12. pengekalan huruf pertama komponen pertama
dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua. Misalnya: Nasakom=Nasional,
Agama, Komunis.
13. pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen
serta pelesapan konjungsi. Misalnya: Falsos=falsafah dan sosial.
14. pengekalan dua huruf pertama komponen
pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua. Misalnya: Jabar=Jawa Barat.
15. pengekalan empat huruf pertama tiap komponen
disertai pelesapan konjungsi. Misalnya: Agitrop= agitasi dan
propaganda.
16. pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang
sukar dirumuskan. Misalnya: Akaba= Akademi Perbankan.
c. Penggalan
1. penggalan suku
pertama dari suatu kata. Misalnya: Dok= Dokter.
2. pengekalan suku
terakhir suatu kata. Misalnya: Pak=bapak.
3. pengekalan tiga
huruf pertama dari suatu kata. Misalnya: Dep= Departemen.
4. pengekalan empat
huruf pertama dari suatu kata. Misalnya: Prof= Profesor.
5. pengekalan kata
terakhir dari suatu frasa. Misalnya: ekspres=kereta api ekspres.
6. pelesapan sebagian
kata. Misalnya: bahwa sesungguhnya = bahwasanya.
d. Lambang huruf
lambang huruf
dapat diklasifikasikan menjadi:
1. lambang huruf yang menandai bahan kimia
atau bahan lain.
a. Pengekalan huruf
pertama dari kata. Misalnya: N= Nitrogen.
b. Pengekalan dua huruf
pertama dari kata. Misalnya: Na=natrium.
c. Pengekalan huruf dan
bilangan yang menyatakan rumus bahan kimia. Misalnya: H2O = hydrogen
dioksida.
d. Pengekalan huruf
pertama dan ketiga. Misalnya: Mg = magnesium.
e. Pengekalan gabungan
lambang huruf. Misalnya: Na Cl = Natrium Klorida.
2. lambang huruf yang menandai ukuran.
a. Pengekalan huruf
pertama. Misalnya: g = gram.
b. Pengekalan huruf
pertama dari komponen gabungan. Misalnya: km = kilometer.
c. Pengekalan huruf
pertama dan terakhir dari komponen pertama dan huruf pertama komponen kedua.
Misalnya: dam= decameter.
d. Pengekalan huruf
pertama, ketiga, dan keempat. Msalnya: yrd= yard.
3. lambang huruf yang menyatakan bilangan.
Huruf-huruf yang digunakan sebagai lambang bilangan adalah I=1,
V=5,X=10, L=50.
4. lambang huruf yang menandai
kota/Negara/alat angkutan.
a. Pengekalan dua huruf
pertama ditambah satu huruf pembeda. Misalnya: SIN= Singapura, DJB=Jambi.
b. Pengekalan tiga huruf konsonan. Misalnya: JKT=
Jakarta.
c. Lambang huruf yang
menandai nomor mobil. Misalnya: A= Banten, E = Cirebon.
5. lambang huruf yang menyatakan uang.
Lambang huruf yang digunakan untuk menandai uang, antara lain:
Rp = rupiah, $= Dolar, Fr= Frenc.
6. lambang huruf yang dipakai dalam berita
kawat.
Lambang huruf yang dipergunakan dalam berita kawat, antara
lain: HRP= harap, DTG= datang, SGR= Segera.
4. Afiksasi terhadap Kependekan
Setelah mengalami leksikalisasi, kependekan dapat mengalami gramatikalisasi
berupa proses afiksasi. Contoh:
Afiks:
|
Bentuk kependekan:
|
Hasil:
|
Makna:
|
di-
|
tilang
|
ditilang
|
kena
|
di-kan
|
dubes
|
didubeskan
|
jadi
|
inpres
|
diinpreskan
|
||
KB
|
di-KB-kan
|
||
mahmilub
|
dimahmilubkan
|
||
TV
|
di-TV-kan
|
||
me-kan
|
ormas
|
mengormaskan
|
|
mahmilub
|
memahmilubkan
|
||
ber-
|
parpol
|
berparpol
|
mempunyai
|
5. Reduplikasi atas Kependekan
Beberapa bentuk kependekan dapat direduplikasikan, seperti ormas-ormas, SD-SD,
Kanwil-Kanwil.
6. Penggabungan atas Kependekan
Penggabungan bentuk-bentuk kependekan dapat terjadi antara dua bentuk
kependekan atau lebih. Penggabungan beberapa kependekan tidak hanya membentuk
kata atau frasa, melainkan juga dapat membentuk kalimat. Misalnya:
· Singkatan +
singkatan : RT RW
· Akronim + singkatan
: HUT RI
· Penggalan +
penggalan : Kabag Kalab
· Akronim + akronim :
BAPEDA JABAR
· Singkatan + penggalan
+ akronim = Ttg. RUU Ormas (kalimat)
7. Pelesapan atas kependekan
Ada beberapa proses pelesapan yang dapat terjadi pada kependekan, antara lain:
a. Pelesapan huruf:
Lurgi = luar negeri, klompen = kelompok pendengar.
b. Pelesapan suku kata:
Gatra = Gabungan Tentara, Gestok = gerakan satu oktober.
c. Pelesapan kata:
Gabis = Gabungan pengusaha bioskop.
d. Pelesapan afiks:
KOTI = Komando operasi tertinggi.
e. Pelesapan konjungsi,
preposisi, partikel, atau reduplikasi: porakh = pecan olahraga Kesenian dan
Hiburan, DGI = Dewan gereja-geraja di Indonesia.
8. Penyingkatan atas Kependekan
Proses penyingkatan dapat terjadi dalam kependekan sehingga ada penyingkatan
dalam singkatan. Misalnya: AMD = ABRI masuk desa.
Blog kelompok 2:
kelompokmorfologi.blogspot.com
DAFTAR
PUSTAKA
Bauer, Laurie. 1988.
Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh: Edinburgh University
Press.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Katamba, Francis. 1993. Modern Linguistics Morphology.
London: The MacMillan Press.
Kridalaksana,
Harimukti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia.
Noortyani, Rusma. 2010. Morfologi
Bahasa Indonesia. Banjarmasin: Scripta Cendikia
Verhar,
J.W.M. 1978. Pengantar Linguistik I.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar