Ibnu
Ma’ruf :A1B109233
Anggelianita
Roesadi :A1B109204
Rahmiyatul
Ahda :A1B112214
Rusmawati :A1B110247
Dina
Yaumil Amal :A1B112216
Indah
Purnama Sari :A1B112217
Uswatun
Hasanah :A1B112212
Uswatun
Hasanah :A1B112225
H.
Abdul Majid :A1B112232
1. Jelaskan
hakikat bahasa dengan disertai pembuktian pada masing-masing cirinya!
Bahasa adalah sistem bunyi yang bermakna dan
beartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) bersifat arbriter dan konvensional
yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk
melahirkan perasaan dan pikiran. Dari definisi tersebut dapat diuraikan
beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa, antara lain:
1.
Bahasa Sebagai Bunyi
Telinga kita selalu
mendengar bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh benda- benda tertentu. o ya, apakah
setiap bunyi termasuk bahasa?
Kita mendapat jawaban:
TIDAK. Hanya bunyi- bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Human
Organs of Speech) yang disebut sebagai bahasa.
Bunyi ujaran merupakan
sifat kesemestaan atau keuniversalan bahasa. Tak satupun bahasa di dunia ini
yang tidak terjadi dari bunyi . Bahasa sebagai ujaran, mengimplikasikan bahwa
media komunikasi yang paling penting adalah bunyi ujaran. Jika kita
mempelajarai suatu bahasa kita harus belajar menghasilkan bunyi- bunyi suara.
Pada hakikatnya, bunyi
(Kridalaksana, 1983:27) adalah kesan pada pusat syaraf sehingga akibat getaran
gendang telinga yang bereaksi karena perubahan- perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
dan diamati dalam fonetik sebagai fon atau dalam fonologi sebagai fonem.
Bahasa sebagai bunyi
merupakan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam
fonetik diamati sebagai fon dan di
dalam fonemik sebagai fonem.
Contoh: a, b, c, d, e,
dan seterusnya.
Bunyi
teriak, bersin, batuk, dan bunyi orokan bukan termasuk bunyi bahasa meskipun
dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2. Bahasa sebagai Simbol
Simbol atau lambang
adalah sesuatu yang dapat melambangkan dan mewakili ide, perasaan, pikiran,
benda, dan tindakan secara arbitrer, konversional, dan
representatif-interpretatif. tidak ada hubungan langsung dan alamiah antara
yang menyimbolkan dengan yang disimbolkan, untuk itu baik yang batiniah (inner)
seperti perasaan, pikiran, ide, maupun yang lahiriah (outer) seperti benda dan
tindakan dapat dilambangkan atau diwakili simbol.
Manusia senantiasa
bergelut dengan simbol. Melalui simbol, manusia memandang, memahami, dan
menghayati alam dan kehidupannya. Simbol itu sendiri sebenarnya merupakan
kenyataan hidup, baik kenyataan lahiriah maupun batiniah yang disimbolkan,
karena di dalam simbol terkandung ide, pikiran, dan perasaan, serta tindakan
manusia.
Bahasa adalah kombinasi
kata yang diatur secara sistematis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat
komunikasi. Kata adalah bagian dari simbol yang hidup dan digunakan oleh
kelompok masyarakat tertentu. Kata bersifat simbolis karena tidak memiliki
hubungan langsung atau hubungan instrinsik dengan kenyataan yang diacunya, tetapi
hanya bersifat arbitrer dan konversional.
Misalnya kata /b-u-k-u/
tidak ada hubungannya dengan benda yang dirujuk yaitu lembaran-lembaran kertas
yang ditulis dan dibaca. Kata /a-p-i/ tidak ada hubungannya dengan sifat
kepanasan yang diacunya sehingga walaupun kita mengucapkan kata api berkali-
kali, maka mulut kita tidak akan terbakar. Hal itu hanya bersifat arbitrer dan
kemudian disepakati menjadi suatu konvensi oleh pemakai bahasa. Contoh lain
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai dilambangkan berupa bunyi [kuda].
Sebuah wacana secara
secara totalitas dapat juga berupa simbol. Dalam masyarakat batak dikenal
wacana berupa ragam bahasa rataan (wailing language). Bahasa ratapan adalah
syair yang diucapkan oleh seseorang ketika dia menangisi orang yang meninggal.
Bahasa ratapan melambangkan dan mewakili perasaan si peratap. Bahasa ratapan
itu sebagai simbol secara totalitas, tetapi wacana bahasa ratapan itu juga
terdiri dari simbol- simbol yang lebih kecil seperti kata, frase, dan kalimat.
3. Bahasa Bersifat Arbitrer
Pengertian arbitrer
dalam studi bahasa adalah manasuka, sewenang-wenang, asal bunyi, atau tidak ada
hubungan logis antara kata sebagai simbol (lambang) dengan yang dilambangkan.
Arbitrer berarti dipilih secara acak tanpa alasan sehingga ciri khusus bahasa
tidak dapat diramalkan secara tepat.
Secara leksis, kita
dapat melihat kearbitreran bahasa. Kata anjing digunakan dalam bahasa
Indonesia, Biang dalam bahasa Batak, Dog dalam bahasa Inggris.
hal ini memiliki kata yang berbeda untuk menyatakan konsep yang sama.
Kearbitreran bahasa di dunia ini menyebabkan adanya kedinamisan bahasa.
4. Bahasa bersifat Konvensional
Konvensional atau
kesepakatan dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata-kata
sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek,
tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang
didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/ arbitrer,
hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi
bersama (socially shared concept).
Setiap kita berbicara,
kita terlibat dalam konvensi. Jika seseorang melihat kata kursi atau
mendengar bunyi kursi , secara langsung dapat mengetahui bahwa kata itu
merujuk pada sesuatu yang lain. Kita tahu bahwa tidak ada hubungan yang inhern
antara kata kursi dengan benda kursi. Kata itu merujuk pada benda karena ada
konvensi penamaan atau penyebutan benda tertentu dengan suatu nama tertentu.
Konvensi/ kesepakatan
akan menentukan apakah kata yang dibentuk secara arbitrer dapat terus
berlangsung dalam pemakaian bahasa atau tidak. Suatu bahasa tidak dapat
dipaksakan agar dipakai pada suatu kelompok masyarakat bahasa. Kelangsungan
hidup suatu bahasa ditentukan oleh kemauan, kebiasaan, atau kesepakatan masyarakat.
5. Bahasa Sebagai Sistem
Setiap bahasa memiliki
sistem, aturan, pola, dan kaidah sehingga memiliki kekuatan atau alasan ilmiah
untuk dipelajari dan diverifikasi. Pada hakikatnya, setiap bahasa memiliki dua
jenis sistem yaitu sistem bunyi dan sistem arti. Sistem bunyi mencakup bentuk
bahasa dari tataran terendah sampai tertinggi (fonem, morfem, baik morfem bebas
maupun morfem terikat, frase, paragraf, dan wacana). Sistem bunyi suatu bahasa
tidak secara acak- acakan, tetapi mempunyai kaidah- kaidah yang dapat
diterangkan secara sistematis. Sistem arti suatu bahasa merupakan isi atau
pengertian yang tersirat atau terdapat dalam sistem bunyi.
Sebagai sebuah sistem,
bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. dengan sistematis,
artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak,
secara sembarangan
contoh: Saya tidak percaya diri ketika bersamanya.
Sedangkan sistemis
artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari
sub-sistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan antara lain, subsistem
fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik
Contoh: /S/a/y/a/ tidak percaya diri ketika
bersamanya.
Sistem bunyi dan sistem
arti memang tidak dapat dipisahkan karena yang pertama merupakan dasar yang
kedua dan yang kedua merupakan wujud yang pertama.
6. Bahasa Bermakna
Makna adalah arti,
maksud atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan untuk
menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di luar bahasa atau semua
hal yang ditunjuknya. Macam- macam makna:
* Makna Leksis
Makna unsur- unsur bahasa terlepas dari
penggunaannya atau konteksnya. Makna leksis sering disebut makna sebagaimana
yang ada di dalam kamus atau makna sebenarnya. Misalnya kata laki- laki mempunyai
makna pria atau manusia yang berjenis kelamin jantan.
* Makna Kiasan
Makna unsur- unsur bahasa yang
didasarkan pada perasaan atau pikiran yang berada di luar makna sebenarnya.
Misalnya Buah bibir memiliki makna menjadi pembicaraan orang.
* Makna Kontekstual
Makna unsur bahasa yang didasarkan pada
hubungan antara ujaran dengan situasi ketika ujaran itu dipergunakan. Misalnya
kata bagus dapat berarti jelek ketika seorang ayah mengejek
anaknya yang malas belajar, kalimat yang digunakan patutlah nilaimu sangat
bagus.
* Makna gramatis
Makna yang diperoleh berdasarkan
hubungan antara unsur- unsur bahasa dalam satuan- satuan yang lebih besar.
Misalnya pada kata dia mencintai ibunya, bermakna sebutan atau perbuatan
aktif.
7. Bahasa Bersifat Produktif
Hal ini diartikan
sebagai kemampuan unsur bahasa untuk menghasilkan terus- menerus dan dipakai
secara teratur untuk membentuk unsur- unsur baru. Meskipun unsur-unsur bahasa
itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan
bahasa yang jumlahnya tidak terbatas. Umpamanya kita ambil fonem-fonem bahasa
Indonesia /a/, /i/, /k/, dan /t/, maka dari keempat fonem itu dapat kita
hasilkan satuan-satuan bahasa
/i/-/k/-/a/-/t/
/k/-/i/-/a/-/t/
/k/-/i/-/t/-/a/
/k/-/a/-/i/-/t/
/k/-/a/-/t/-/i/
8.
Bahasa Bersifat Universal
Bahasa merupakan
sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Pada sifat internal
bahasa, universal adalah kategori linguistikyang berlaku umum untuk semua
bahasa. Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu
mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan. Bukti lain dari
keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa
yang bermakna, entah satuan yang namanya kata, frasa, klausa, kalimat, dan
wacana.
9. Bahasa Bersifat Unik
Hal ini terlihat dari
studi bahasa adalah kategori bahasa yang tersendiri bentuk dan jenisnya dari
bahasa lain. Setiap bahasa ada perbedaan dengan bahasa lain meskipun termasuk
dalam bahasa serumpun. Bahasa dikatakan
unik karena setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh
bahasa lainnya. Contohnya salah satu dari bahasa jawa, barangkali setiap kata
yang dimulai dengan fonem /b/, /d/, /g/, /k/, /p/, dan /t/. misalnya Bandung
dilafalkan mBandung.
10. Bahasa itu manusiawi
Kalau kita menyimak kembali cirri-ciri
bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer, bermakna, dan produktif,
maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa. Bahwa binatang
dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia, adalah
memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaklah sama dengan alat
komunikasi manusia karena alat komunikasi binatang itu terbatas.
Contoh: Burung beo bisa menirukan
suara manusia dan mengulang-ulang ucapan yang pernah dilatihkan atau pernah
berulang-ulang didengarnya, dan tidak dapat mengucapkan kalimat baru yang
pernah didengarnya.
Dari penelitian para pakar terhadap alat
komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa satu-satuan komunikasi yang dimiliki
binatang-binatang itu bersifat tetap.sebetulnya yang membuat alat komunikasi
manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat dipakai
untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang,
yang hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan
sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi
binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat
binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens makhluk yang
berpikir, homososio makhluk yang bermasyarakat, homofabel makhluk pencipta
alat-alat dan juga animalrasionale makhluk rasional yang beerakal budi. Maka
dengan segala macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja
yang lalu, yang kini, dan yang masih akan datang, serta menyampaikannya kepada
orang lain melalui alat komunikasinya, yaitu bahasa. Oleh karena itu bisa
disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya bahasa, adalah bersifat
manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh
manusia.
11.
Bahasa itu Bervariasi
Setiap
bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa.
Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan bahasa
yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang
yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia.
Anggota
masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari ber bagai orang dengan berbagai
status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Oleh karena
itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa yang
mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau
ragam yang satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar.
Mengenai
variasi bahasa ini ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek,
dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya masing-masing. Kalau kita
banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya, Hamka, Sutan
Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat mengenali
ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
pada suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim
disebut dengan nama dialek regional , dialek area, atau dialek geografi.
Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan
status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi,
keadaan, atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam
bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi yang tidak
formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari sarana yang
digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan. Untuk keperluan
pemakaiannya dapat dibedakan adanya ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa
jujrnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa militer, dan ragam bahasa
hukum.
12.
Bahasa itu Dinamis
Bahasa itu dikatakan
dinamis karena berubah-ubah, untuk melihat perubahannya kita harus melihat dari
jangka waktu 1 abad atau 100 tahun. Contohnya, efektif dan efesien dulunya
adalah sangkil dan mangkis.
2.
Jelaskan
perbedaan dan bagaimanakah keterkaitan dikotomi untuk istilah
Langue
& Parole
Langue
adalah bahasa sebagai objek sosial yang murni, dengan demikian keberadaannya
terletak di luar individu, yakni sebagai seperangkat konvensi-konvensi sistemik
yang berperan penting di dalam komunikasi. Langue adalah bagian
sosial dari langage, berada di luar individu, yang secara mandiri tidak
mungkin menciptakan maupun mengubahnya. Langue hanya hadir sebagai
sebuah kontrak di masa lalu di antara para anggota masyarakat. disamping
sebagai institusi sosial, langue juga berfungsi sebagai sistem nilai.
Bagi Saussure, langue adalah suatu sistem tanda yang mengungkapkan
gagasan. untuk menjelaskan langue sebagai suatu sistem, ia mengemukakan
suatu perbandingan bahasa sebagai langue dapat dikomparasikan dengan
main catur.
Kebalikan dengan langue, parole
merupakan bagian dari bahasa yang sepenuhnya individual. parole dapat
dipandang, pertama, sabagai kombinasi yang memungkinkan penutur mampu
menggunakan kode bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Di samping itu,
kedua, parole pun dapat dipandang sebagai mekanisme psiko-fisik yang
memungkinkan penutur penampilkan kombinasi tersebut. Aspek kombinatif ini
mengimplikasikan bahwa parole tersusun dari tanda-tanda yang identik dan
senantiasa berulang. karena adanya keberulangan inilah maka setiap tanda bisa
menjadi elemen dari langue. Secara singkat dapat dikatakan bahwa parole
merupakan penggunaan aktual bahasa sebagai tindakan individu-individu.
Dalam pengertian umum, langue
adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, sedangkan parole
merupakan ekspresi bahasa pada tingkat individu dan setara dengan
kalam. dengan demikian dapat dibedakan antara langue (yang
histroris) dengan parole (yang a-historis).
Konsep Langue dan Parole
dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Langue merupakan keseluruhan sistem
tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat bahasa.
Parole adalah tuturan atau realisasi dari langue.
Perbedaan Langue dan
Parole
Langue
|
Parole
|
Produk sosial dari
kelompok sosial.
|
Individual, bervariasi,
dan berubah-ubah.
|
Pasif
|
Aktif
|
Abstrak
|
Konkrit
|
Kompetensi
& Performansi
Kompetensi
adalah pengetahuan penutur-pendengar mengenai bahasa mereka. Sedangkan
Performansi adalah aktualisasi bahasa.
Struktur
dalam & Struktur luar
Struktur luar adalah susunan kalimat atau himpunan kalimat suatu teks atau bagian teks yang akan dibaca atau didengar.
Pendek kata, struktur luar sama dengan
struktur yang tersurat sebagaimana yang tersaji dalam kondisi siap-pakai,
siap-baca. Sedangkan struktur dalam dapat disebut sebagai struktur tersirat.
Struktur dalam belum mengalami proses lebih lanjut dalam
perumusannya. Untuk mudahnya, dapat dikatakan bahwa struktur dalam berhubungan
dengan isi. Sebagai sebuah istilah, transformasi dalam teori teks ialah
perubahan struktur dalam menjadi struktur luar.
Jadi, dari bentuk tersirat menjadi bentuk tersurat. Melalui transformasi,
struktur dalam menjelma menjadi struktur luar.
Tahap transformasi ini menjadi bagian utama dalam teori teks. Dalam teori teks,
parafrase dipergunakan untuk mengembalikan struktur dalam, mengembalikan
struktur “bergaya” menjadi struktur yang sederhana. Parafrase membuka jalan untuk mengetahui deviasi dan foregrounding
yang terdapat pada struktur luar. Apa yang
tersirat dalam struktur luar tidak senantiasa
dapat diterangkan melalui parafrase saja. Penjelasan lebih lanjut masih
diperlukan mengenai konteks dan situasi serta kondisinya, yakni hal-hal yang
ada sangkut-pautnya dengan struktur luar dan
struktur dalam tersebut. Oleh karena itu, interpretasi diperlukan. Hal ini
disebabkan bahwa interpretasi merupakan penjelasan struktur dalam berdasarkan
atau memperhatikan konteksnya.
Sebagaimana
kita ketahui, bahasa memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur dalam atau
struktur batin (deep structure) dan struktur luar atau disebut juga struktur
lahir (surface structure). Dalam banyak hal kedua struktur ini memang menyatu
sehingga tidak tampak adanya perbedaan. Terkadang antara struktur luar dan
struktur dalam adalah sama namun dalam banyak hal yang lain ada satu struktur
luar yang sebenarnya memiliki dua struktur lahir yang berbeda.
Dapatlah
disimpulkan pengertian mengenai struktur batin versus struktur lahir: (a) satu
kalimat dapat memiliki struktur dalam dan struktur luar yang sama, (b) satu
kalimat dapat memiliki dua struktur dalam yang berbeda, (c) dua kalimat yang
tampak memiliki struktur luar yang sama ternyata dapat memiliki dua struktur
dalam yang berbeda, (d) dua kalimat yang memiliki dua struktur luar yang
berbeda ternyata dapat memilki satu struktur batin yang sama.5
Inilah pula yang membedakan bahasa manusia dengan bahasa binatang.
3. Coba jelaskan linguistik dan subdisiplinnya
dalam 1000 kata!
Setiap disiplin ilmu
biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau cabang-cabang
berkenaan dengan adanya hubungan disiplin dengan masalah-masalah lain. Misalnya
ilmu kimia dibagi atas kimia organik dan kimia anorganik. Pembagian atau
percabangan itu diadakan tentunya karena objek yang menjadi kajian disiplin
ilmu itu sangat luas atau menjadi luas karena perkembangan dunia ilmu. Demikian
pula dengan linguistik. Mengingat bahwa objek linguistik, yaitu bahasa,
merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia
bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas, maka subdisiplin atau cabang
linguistik itu pun menjadi sangat banyak.
1. Linguistik Dilihat
dari Pembidangnya
a. Linguistik Umum
Linguistik
umum merumuskan bahasa manusia yang bersifat alamiah dengan memberikan gambaran
secara umum tentang bahasa sehingga menghasilkan teori bahasa secara umum. Perumusan bahasa manusia dilakukan secara sederhana, umum,
tepat, dan objektif. Linguistik umum berisikan teori, prosudur kerja, dan paham-paham
yang berkembang.
b. Linguistik Terapan
Linguistik
terapan merupakan ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam bidang
linguistik untuk keperluan praktis, alat pemecah permasalahan yang berkaitan
dengan kebahasaan. Misalnya, linguistik diterapkan untuk penyusunan kamus,
pengajaran bahasa, dan pembinaan bahasa.
Contohnya dalam
meneliti kosa kata yang hilang dan bagaimana cara pemertahanannya.
c. Linguistik Teoritis
Linguistik teoritis berusaha
mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa, atau juga terhadap
hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk
menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajianya itu. Linguistik
teoritis lebih mengutamakan penelitian bahasa dari segi internal, tidak melihat
bahasa sebagai alat seperti linguistik terapan, melainkan sebagai bahasa itu
sendiri seperti memperdalami fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, semantic,
dan pragmatik.
2. Linguistik Dilihat
dari Sifat Telaahnya
a. Linguistik Mikro
Linguistik mikro mengarahkan
kajiannya pada struktural internal bahasa tertentu atau structural internal bahasa pada umumnya. Linguistik mikro
memiliki sifat yang lebih sempit. Bahasa dipandang sebagai bahasa karena lebih
mengacu pada struktur internalnya. Misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik.
b. Linguistik Makro
Linguistik makro menyelidiki bahasa
dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya
daripada struktur internal bahasa. Linguistik makro memiliki sifat yang lebih luas daripada
linguistik mikro. Kajiannya mengacu pada struktur eksternal bahasa. Bahasa
digunakan untuk melihat bahasa dengan sudut pandang dari luar atau
faktor-faktor dari luar kebahasaan. Misalnya, sosiolinguistik, antropolinguistik,
psikolinguistik, dan neurolinguistik.
3. Linguistik Dilihat
dari Pendekatan Objeknya
a. Linguistik
Deskriptif
Linguistik
deskriptif melihat dan menggambarkan bahasa dengan apa adanya.
Misalnya dalam meneliti UUD Sultan Adam,
bahasa yang menjadi sorotan adalah bahasa yang hidup sekarang, menggunakan bahasa ketika mengadakan penelitian yaitu
bahasa Banjar.
b. Linguistik Historis
Komparatif (membandingkan dua bahasa dua zaman atau lebih)
Linguistik
historis komparatif membandingkan dua bahasa atau lebih pada periode waktu yang
berbeda. Kajian ini dilakukan untuk menemukan titik persamaan dan perbedaan
sehingga dapat menentukan kekerabatan bahasa. Misalnya, penelitian terhadap
bahasa Gorontalo, Atinggola, dan Suwawa pada tahun 1950 dan 1980.
c. Linguistik
Kontrastif (dua bahasa satu zaman)
Linguistik
kontrastif membandingkan bahasa-bahasa pada periode tertentu. Pada umumnya,
linguistik kontrastif dilakukan untuk menemukan persamaan dan perbedaan bahasa,
baik pada tingkat fonologis, morfologis, maupun sintaksis. Misalnya, penelitian
terhadap bahasa Jawa, Madura, dan Sunda pada zaman kerajaan Majapahit.
d. Linguistik Sinkronis (satu bahasa satu
zaman, tanpa membandingkannya)
Linguistik
sinkronis menyelidiki bahasa pada waktu tertentu. Linguistik sinkronis tidak
membandingkan bahasa dengan bahasa yang lain, dan juga tidak membandingkan
periode waktunya dengan periode waktu yang lain. Sifatnya horizontal, mendatar.
Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo pada masa pendudukan Jepang.
e. Linguistik Diakronis (dua bahasa dua
periode, tanpa membandingkannya)
Linguistik
diakronis menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa. Sifatnya vertikal.
Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo sejak mula adanya sampai
sekarang.
4. Linguistik Dilihat
dari Tautannya dengan Ilmu Lainnya
a. Psikologi
Psikologi
dapat digunakan dalam ilmu kebahasaan untuk menganalisis pemerolehan bahasa
yang diakibatkan oleh gangguan psikologis seseorang. Kombinasi psikologi dengan
ilmu kebahasaan melahirkan psikolinguistik. Psikolinguistik menjadikan bahasa
sebagai objeknya. Proses pemahaman, perkembangan pemerolehan, dan perubahan
bahasa akibat latar belakang psikis itulah yang dianalisis psikolinguistik.
b. Sosiologi
Sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari sosial kemasyarakatan tertentu. Sosiologi dapat
dimanfaatkan dalam ilmu kebahasaan sehingga lahirlah sosiolinguistik.
Sosiolinguistik mempelajari hubungan antara aspek sosial dengan kegiatan
berbahasa. Sosiolinguistik dapat digunakan untuk perencanaan bahasa maupun
untuk penyelesaian konflik bahasa di daerah-daerah tertentu.
c. Antropologi
Pemanfaatan
antropologi dalam ilmu kebahasaan melahirkan antropolinguistik atau
etnolinguistik. Antropolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa,
penggunaan bahasa, dan kebudayaan pada umumnya.
5. Linguistik Dilihat
dari Penerapannya
a. Dialektologi
Dialektologi
mempelajari serta membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang serumpun untuk
mencari persamaan dan perbedaannya. Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan
geografi.
b. Leksikologi
Leksikologi
adalah ilmu yang berkaitan dengan kosakata. Leksikologi digunakan untuk
mempelajari munculnya kata pada suatu bahasa, perubahan makna akibat perubahan
daerah pemakaian dan masa pemakaian, serta pemakaian kata-kata dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Leksikostatistik
Leksikostatistik
sering disebut pula glotokronologi. Leksikostatistik adalah ilmu yang
mempelajari umur kata sejak mula adanya dengan menggunakan rumus-rumus
statistik. Leksikostatistik dapat dimanfaatkan untuk menentukan bahasa induk
atau bahasa proto.