BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai bahasa yang hidup, pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Hal itu dapat dilakukan
pada semua bidang yang dianggap tepat dan dapat menunjang kesempurnaan bahasa
Indonesia. Pada bidang morfologi misalnya, pembinaan dan pengembangan biasanya
diarahkan pada proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata tersebut dapat
dilakukan dengan cara, antara lain : proses pembubuhan afiks atau afiksasi,
pemajemukan, dan pengulangan atau reduplikasi.
Khusus mengenai proses pembentukan
kata melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan), pada umumnya sangat
berpotensi mengubah makna dan bentuk kata. Sebagai contoh, dapat dilihat pada
kata-kata tersebut seperti : temu, amen, lempar, dan
sebagainya. Jika Kata-kata itu dibubuhi afiks menjadi penemu, temuan,
penemuan, den sebagainya, demikian pula terhadap kata amen dan lempar,
maka makna dan bentuk kata-kata tersebut akan berubah, misalnya : temu
(muka berhadapan muka ; tatap muka), penemu (orang yang menemukan); temuan
(hasil menemukan); penemuan (proses atau cara menemukan). Jadi, proses
pembubuhan afiks atau afiksasi sangat penting dan memerlukan ketelitian karena
jika salah, maka akan menjadi makna dan bentuknya tidak komunikatif.
Berdasarkan kenyataan itu, media
massa, dalam hal ini surat sebagaimana diketahui, merupakan salah satu media
yang dianggap resmi dalam pemakaian bahasa. Oleh karena itu, tidak salah jika
setiap surat kabar, sesuai dengan keberadaannya itu selalu menggunakan bahasa
yang baik dan benar, penuh ketelitian dalam penggunaan bahasa Indonesia,
termasuk dalam hal pembentukan kata melalui afiksasi.
Hal tersebut tidak dapat dipungkiri
karena di samping sebagai salah satu media resmi, juga media massa sangat
berpotensi dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yang balk
dan benar. Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah media massa, dalam hal ini
surat kabar, sudah patut menjadi panutan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar? Apakah sudah menerapkan kaidah-kaidah morfologis dalam penulisan
berita-beritanya? Ataukah lebih mengutamakan prinsip ekonomi bahasa sebagai
salah satu cirinya.
Dalam pemakaian bahasa di surat
kabar, terdapat istilah “ekonomi bahasa”. Artinya, kita dapat menggunakan kata
atau kalimat dengan sehemat-hematnya. Akan tetapi, penghematan itu
jangan sampai merusak kaidah bahasa, apalagi menimbulkan salah paham (Arifin,
1993 : 15)..
1.2 .
Rumusan Masalah
Pada umunya, pembahasan afiksasi merupakan hal yang cukup
rumit sering menemui kesulitan. Melihat kenyataan itu, penulisan skripsi ini
akan dipusatkan pada masalah :
1.
Banyaknya penggunaan afiksasi dalam surat kabar
2.
Jenis – jenis dan bentuk afiksasi yang sering digunakan pada surat
kabar
1.3
Tujuan Penelitian
1. Penelitian bertujuan untuk menerapkan afiksasi yang benar pada surat kabar.
2. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang kita
sampaikan dan menanmbah pengetahuan bagi
pembaca.
1.4
Manfaat Hasil Penelitian
- Memberikan masukan bagi media massa pada umumnya dan lebih khusus bagi penerbit surat kabar
- Menjadi sumbangan bagi siapa saja yang mempunyai minat dan perhatian terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia;
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pembahasan Tentang Ruang Lingkup Apiksasi
Karena penelitian ini berjudul PENERAPAN “AFIKSASI” PADA SURAT KABAR HARIAN ”maka peneliti memfokuskan kajian
pustaka ini menjelaskan tentang afiksasi.
A. Pengertian
afiks dan afiksasi
Afiksasi adalah
pertumbuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsure – unsure
dasar afiks dan makna gramatikal yang dihasilkannya.Afiks adalah sebuah bentuk
yang biasanya berupa morfem yang diimbuhkan pada sebuah bentuk dasar dalam
proses pembentukan kata.
Berikut ini akan dikelaskan lagi oleh para ahli tentang
afiksasi dan afiks oleh para ahli :
Menurut Chaer (1994:177) “afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi
adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan
dapat ditambahkan pada awal kata”. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987:50)
afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk
tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan beberapa
pengertian yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan
afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan
penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar.
Berikut ini adalah beberapa
pengertian afiks menurut para pakar. Menurut M. Ramlan (1987:55) “Afiks ialah
suatu gramatikal terikat yang didalam suatu kata merupakan unsur yang bukan
kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan
lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru”. Dan menurut Alwi, dkk
(2003:31) afiks adalah “bentuk (morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan
kata”. Selanjutnya Chaer (1994:177) menyatakan “afiks merupakan sebuah bentuk,
biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam sebuah
proses pembentukan kata”. dan diperjelas oleh Kridalaksana (1999:3) afiks merupakan
“bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna
gramatikalnya”. Berdasarkan beberapa pengertian afiks di atas maka dapat
disimpulkan afiks yaitu ambuhan yang disisipkan disebuah kata dasar atau bentuk
leksikal penempatanya bisa di awal,di tengah dan di akhir.
Selanjutnya, Arifin menjelaskan
bahwa berita dalam televisi, radio, surat kabar, majalah, serta tulisan dalam
buku-buku, yang merupakan produk wartawan dan penerbit, sangat mewarnai
pemakaian bahasa dalam masyarakat. Oleh karena itu, suatu hal yang sangat masuk
akal jika wartawan dan penerbit perlu meningkatkan kemahiran dalam pemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyebaran informasi, baik secara
lisan maupun tulisan.
Suatu hal yang menarik perhatian
pembaca pada saat akan membaca sebuah surat kabar, yaitu judul-judul yang
tercantum pada berita. Badudu (1994 : 6),
mengatakan bahwa menyusun bahasa untuk kepala berita memerlukan keahlian
tersendiri karena ditulis dengan huruf yang benar ukurannya, hendaklah kepala
berita dibuat sesingkat-singkatnya dan dapat menarik perhatian pembaca. Namun,
judul yang singkat bukan berarti bahwa harus menyalahi aturan atau kaidah
bahasa secara sewenang-wenang. Berkaitan dengan hal itu, Iman Asyi’ri (1984 :
29) mengatakan bahwa judul sudah menggambarkan isi atau hal yang akan dibahas.
Proses atau hasil
penambahan afiks, seperti prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau
akhiran, dan konfiks atau penggabungan antara prefiks dan sufiks disebut
afiksasi. Afiksasi dalam bahasa Indonesia terbentuk mengikuti pola yang rapi.
Bentukan-bentukan itu menujukkan pertalian antara yang satu dengan yang lain
secara teratur. Dengan kata lain, kata yang mengalami afiksasi mempunyai relasi
makna yang konsisten. Verba yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi
kata nomina yang bermakna umum ‘proses’ yang berimbuhan peng-an, dan
dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna umum ‘hasil’ yang berimbulan -an
(Arifin, E. Zainal dan Amran Tasai, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber penelitian
Nara
sumber penulis dapatkan dari surat kabar, internet dan dari buku panduan
Morpologi Bahasa Indonesia ( Rusma Noortyani)
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
cara-cara yang dapat digunakan oleh seorang peneliti guna untuk mengumpulkan
data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Studi pustaka
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang bersangkutan dengan
literatur-literatur yang terkait dengan penelitian, sebab di dalam penelitian
peneliti harus banyak membaca dengan mengkaji berbagai literatur.
Pada metode ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode
simak.Metode ini dilakukan dengan membaca dan memahami wacana,serta dilanjutkan
dengan teknik catat yaitu dengan mencatat kata atau kalimat yang ada pada
sumber data.
Langkah – langkah yang digunakan
1.
Pengumpulan data
2.
Seleksi data
3.
Pengelompokan data
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik
Pilah Unsur Langsung
Teknik ini
berdekatan dengan teknik urai unsur terkecil, yaitu memilah atau mengurai suatu
konstruksi tertentu (morfologis atau sintaksis) atas unsur-unsur langsungnya.
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
Berdasarkan yang tercantum dalam
surat kabar yang penulis teliti terutama dalam hal pembentukan kata
melalui afiksasi atau pembubuhan afiks (imbuhan).Oleh karena itu hasil penelitian
data sebagai berikut :
4.1
Analisis Hasil Penelitian
A. Pengertian
Afiksasi
Berikut ini adalah beberapa
pengertian afiksasi menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:177) “afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi
adalah proses penambahan afiks pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan
dapat ditambahkan pada awal kata”. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987:50)
afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa bentuk tunggal
maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan beberapa pengertian
yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan afiksasi yaitu
sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar dan penambahan afiks
tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata dasar.
B. Ciri-ciri
Afiks
Ciri-ciri afiks menurut Yasin
(1987:53) adalah sebagai berikut:
1)
Afiks
menurut unsur langsung
Afiks merupakan kata bembentuk
kata-kata dismpin unsur lain.
contoh:
ber
+ lari = berlari
me
+ pukul= memukul
di
+ pukul= dipukul
Unsur
langsung pembentuk kata-kata baru
2)
Afiksasi
merupakan unsur terikat
Sebagai unsur pembentuk kata-kata
baru, afiks merupakan imbuhan dan bukan bentuk dasar. Sebagai merfem afiks
merupakan morfem terikat.
Ber
me
pe
ter
contoh:
Adalah bentuk terikat yang tidak
mempunyai arti apa-apa sebelum mengikatkan diri pada bentuk lain.
3) Afiks mampu melekat pada berbagai
bentuk
contoh: sebagai afiks. “an” mampu
melekat pada berbagai bentuk kata.
tulis + -an → tulisan
gambar + -an → gambaran
Namun ada afiks tertentu yang hanya
mampu melekat pada kata-kata tertentu. Afiks yang demikian disebut afiks
improduktif/tidak produktif.
contoh: /man/ + budi → = budiman
/man/ + seni → = seniman
4)
Afiks
tidak bermakna leksis
Contoh:
Apakah makna “ber”?
Apakah makna “ter”?
Apakah makna “me”?
Kita tidak dapat ;menjawab
pertanyaan di atas. Hal ini berbeda dengan pernyatan di bawah in:
Apakah makna “ber” pada kata “berbaju”?
Apakah makna “ter” pada kata “tertinggal”?
Apakah makna “me” pada kata “memukul”?
Kedua kelompok bentuk pertanyaan di
atas membuktikan bahwa afiks (ber, ter, me dan sebagainya). Tidak mempunyai
makna leksis sebelum melekat pada unsur lain.
5) Afiks Mampu Mendukung Fungsi Gramatikal
Contoh Malas + ke-an → kemalasan
Bodoh + ke-an → Kebodohan
Pandai + ke-an → kepandaian
6) Afiks Mampu Mendukung Fungsi Semantik
Funsi disini maksudnya dilihat dari segi makna yang muncul.
Contoh: morpem /ter/-/ pada kalimat di bawah ini.
Dinda termasuk anak terpandai dikelas
Ani masuk rumah sakit karena tertabrak mobil saat
menyeberang jalan
7) Kedudukan Afiks Tidak Sama Dengan Preposisi
Dalam bentuk dari beberapa afiks seiring dikacau dengan
preposisi (kata depan) yang kebetulan bentuk hurupnya sama. Bentuk ke dan
di pada ketua dank e rumah serta dipukul dan di
rumah berbeda. Perhatikan contoh dibawah ini:
ketua = ke + tua
dipukul = di + pukul
afiks: jika berdiri sendiri tidak makna leksi.
Propesisi: jika berdiri sendiri akan mempunyai makna leksi.
Ke dan
di sebagai propesi mengandung makna leksi. Menunjukan keterangan
tempat/tujuan. Secara gramatis ke dan di sebagai preposisi
mempunyai sipat bebes (berdiri sendiri).
C. Jenis-jenis
dan Bentuk Afiks
Dalam proses morfologis bahasan Indonesia terdapat beberapa
macam afiks. Adalah sebagai berikut
1 Prefiks
Berikut ini adalah beberapa
pengertian prefiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:178) “prefiks adalah
afiks yang diimbuhkan dimuka bentuk dasar”. Kemudian menurut Keraf (1984:94)
mengatakan “prefiks adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan didepan
sebuah kata dasar dan bentuk dasar (kata dasar) prefiks juga disebut dengan
awalan. Selanjutnya menurut Kridalaksana (2008:198) mengatakan “prefiks ialah
afiks yang ditambahkan pada bagian depan pangkal”. berdasarkan beberapa
pengertian prefiks menurut para pakar di atas maka dapat disimpulkan prefiks
adalah awalan yang berupa imbuhan yang dilekatkan pada dasar kata. prefiks
terdiri dari /meng-/, /ber-/, /di-/, /ter-/, /per/.
Misalanya:
/meng/ + goreng → menggoreng
/men/ + dorong → mendorong
/me-/ + rebut → merebut
/ber/ + sepeda → bersepeda
/ber/ + ragam → beragam
/di/ + tampar → ditampar
/pe/ + lari → pelari
/pe/ + malas → pemalas
/per/ + budak → perbudak
/per/ + halus → perhalus
/per/ + besar → perbesar
/ter/ + jual → terjual
/ter/ + miskin → termiskin
2 Infiks
Berikut ini adalah beberapa
pengertian infiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:178) “infiks adalah
afiks yang di imbuhkan ditengah bentuk dasar”. Kemudian diperjelas lagi oleh
Kridalaksana (2007:28) “infiks adalah afiks yang diselipkan kedalam”.
Berdasarkan beberapa pengertian infiks menurut para pakar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa infiks merupakan imbuhan yang diletakkan ditengah-tengah kata
dasar. Infiks terdiri dari /-er/, /-em/, /-er/.
Misalnya:
suling + /-er/ → seruling
sabut + /-er/ → serabut
gigi + /-er/ → gerigi
tali + /-em/ → temali
kuning + /-em/ → kemuning
tanggung + /-em/ → temanggung
sidik + /-el/ → selidik
patuk + /-el/ → pelatuk
tunjuk + /-el/ → telunjuk
3 Sufiks
Berikut ini adalah beberapa
pengertian sufiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994: 178) “sufiks adalah
afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar”. Kemudian menurut Keraf
(1984: 110) “sufiks adalah semacam morfem terikat yang diletakkan dibelakang
suatu morfem dasar”. selanjutnya Kridalaksana (2008: 93) mengatakan “sufiks
yaitu afiks yang diletakkan dibelakang dasar”. Berdasarkan beberapa pengertian
sufiks menurut para pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa sufiks suatu
imbuhan yang diletakkan diakhir kata dasar. sufiks terdiri dari /-kan/, /-an/,
/-i/.
Misalnya:
ambil
+ /-kan/ → ambilkan
lempar
+ /-kan/ → lemparkan
kilo
+ /-an/ → kiloan
kaleng
+ /-an/ → kalengan
meminjam+
/-i/ → meminjami
mengulit+
/-i/ → menguliti
4 Konfiks
Berikut ini adalah beberapa
pengertian konfiks menurut para pakar. Menurut Chaer (1994: 179) “konfiks
merupakan morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar,
dan bagian yang kedua berposisi pada akhir bentuk dasar”. Kemudian menurut
keraf (1984: 115) “konfiks adalah gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih
yang bersama-sama membentuk arti selanjutnya”. Dan diperjelas oleh Kridalaksana
(2008: 130) yang menyatakan “konfiks adalah afiks tunggal yang terjadi dari dua
bagian yang terpisah. Berdasarkan beberapa pengertian konfiks menurut para
pakar di atas maka dapat disimpulkan bahwa konfiks yaitu kata dasar yang diapit
oleh dua imbuhan , diawal dan diakhir kata dasar. Konfiks terdiri dari
/ke-…-an/, /per-…-an/, /pe-…-an/, /me-…-kan/
misalnya:
/ke-/
+ dengar + /-an/ → kedengaran
/ke-/
+ baik + /-an/ → kebaikan
/per-/
+ gedungan + /-an/ → pergedungan
/per-/
+ sekutu + /-an/ → persekutuan
/per-/
+ sahabat + /-an/ → persahabatan
/pe-/
+ waris + /-an/ → pewarisan
/pe-/
+ ramal + /-an/ → peramalan
/me-/
+ rasa + /-kan/ → merasakan
/meny-/
+ sewa + /-kan/ → menyewakan
/men-/
+ terus + /-kan/ → meneruskan
5 Proses Afiksasi
Berikut ini adalah beberapa
pengertian afiksasi menurut para pakar. Menurut Chaer (1994:1977) “afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar”. dalam
proses afiksasi terlihat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks,
dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Menurut Parera (1994: 18) “proses
afiksasi merupakan suatu proses paling umum dalam bahasa”. Proses afiksasi
terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakkan pada sebuah
morfem bebas secara urutan lurus berdasarkan posisi morfem terikat terdapat
morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut”. Proses afiksasi dapat dibedakan
atas: 1) pembubuhan depan 2) pembubuhan tengah 3) pembubuhan akhir, dan 4)
pembubuhan terbagi. Kemudian diperjelas oleh Yasin (1987: 64) “proses afiksasi
ialah proses pembubuhan afiks”. Dari beberapa pengertian afiksasi di atas maka
dapat disimpulkan bahwa afiksasi merupakan proses perubahan afiks atau morfem
terikat di depan, di tengah dan di akhir bentuk dasar, sehingga membentuk kata
atau pokok kata baru.
5.1 Prosas Prefiksasi
5.1.1 Proses Prefiksasi /meng-/
Prefiks /meng-/
memiliki alomorf (variasi bentuk) pada morfem lain. Variasi bentuk /meng-/ antara lain:
1) Variasi bentuk /meng-/ ialah /me-/ jika bentuk dasarnya
berfonem r, 1, y Contoh:
/me-/
+ rasa " merasa
/me-/
+ lombat " melompat
/me-/
+ nyanyi " menyanyi
2) Variasi bentuk /meng-/ ialah /mem-/ jika bentuk dasarnya
berfonem /p/, /b/, /f/ Contoh:
/mem-/
+ potong " memotong
/mem-/
+ bawa " membawa
/mem-/ + fitnah " memfitnah
3) Variasi bentuk
/meng-/ ialah /men-/ jika bentuk dasarnya berfonem d, c, j Contoh:
/men-/ + dengar " mendengar
/men-/ + cegah " mencegah
/men-/ + jahit " menjahit
4) Variasi bentuk
/meng-/ ialah /menge-/ jika bentuk suku pertamanya hanya bersuku satu berfonem
e
Contoh:
/me-/ + tik " mengetik
/me-/ + bom " mengebom
5.1.2 Proses Prefiksasi /ber-/
Prefiks /ber-/ memiliki
alomorf (variasi bentuk) pada morfem lain. Variasi bentuk /ber-/ antara lain:
1) Variasi bentuk /ber-/ ialah /be-/ jika bentuk dasarnya
berfonem r.
Contoh:
/ber-+ guna " berguna
/ber-+ air " berair
2) Variasi bentuk /ber-/ ialah /ber-/ jika bentuk suku
pertamanya mengandung bunyi (-er)
Contoh:
/ber-/ + cermin " bercermin
/ber-/ + terbangan " berterbangan
3) Variasi bentuk
ber-/ ialah /bel-/ jika melekat pada bentuk dasar ”ajar”
Contoh:
/ber-/ + ajar " belajar
2.5.1.3 Proses Prefiksasi /di-/
Awalan /di-/ tidak mempunyai alomorf (variasi bentuk). Bentuknya untuk
posisi dan kondisi manapun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya prefiks
/di-/ sebagai awalan dan prefiks /di-/ sebagai kata depan.
Prefiks /di-/ sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan
serangkai dengan kata yang diimbuhinya. Sedangkan prefiks /di-/ sebagai kata
depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinnya.
Contoh:
/di-/ + tangkap " ditangkap
/di-/ + perpustakaan " diperpustakaan
5.1.4 Proses
Prefiksasi /pe-/
Prefiks /pe-/ termasuk awalan yang
produktif. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara merangkaikannya di depan kata
yang diimbuhinya. Prefiks
/pe-/ mempunyai enam macam bentuk, yaitu pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan
penge-. Aturan penggunaanya adalah:
1)
/pe-/ digunakan pada kata-kata yang
dimulai dengan konsonan l, r, ng, seperti terdapat pada kata-kata berikut:
pelari " (kata dasar : pelari)
perawat " (kata dasar : perawat)
pengeri " (kata daras : ngeri)
2)
/pem-/ digunakan pada kata-kata yang
dimulai dengan konsonan b, dan p. Konsonan b tetap diwujudkan. sedangkan
konsonan p tidak diwujudkan tetapi disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan
itu.
pembaca " (kata dasar : baca)
pemotong " (kata dasar : potong)
3)
/pen- /digunakan dengan kata-kata
yang dimulai dengan d dan t. Konsonan d tetap disenyawakan dengan bunyi sengau
dari awalan itu terdapat pada kata-kata berikut:
pendengar " (kata dasar : dengar)
penarik " (kata dasar : tarik)
4)
/Peny-/ digunakan pada kata-kata
yang dimulai dengan konsonan s; konsonan s itu tidak diwujudkan tetapi
disenyawakan dengan bunyi sengau dari awalan itu terdapat kata-kata berikut:
penyair " (kata dasar : syair)
penyaring " (kata dasar : saring)
5)
/Peng-/ digunakan pada kata-kata
yang dimulai dengan konsonan k, g, serta vocal a, i, u, e, o, terdapat
kata-kata berikut:
penginap " (kata dasar : inap)
pengurus " (kata dasar :
urus)
6) /Penge-/ digunakan pada kata-kata yang bersuku satu
terdapat pada kata- kata berikut:
pengetik " (kata dasar :
ketik)
pengecat " (kata dasar :
cat)
5.1.5 Proses Prefiksasi / per-/
Prefiks /per-/ mempunyai varian sama
dengan prefiks /ber-/. Variasi bentuk
yang
ditimbulkan sama dengan variasi bentuk /ber-/ seperti:
1) Variasi bentuk /per-/ ialah /pe-/, jika bentuk dasarnya
berfonem awal /r-/
Contoh:
/per-/
+ cepat " percepat
/per-/
+ istri " peristri
2) Variasi bentuk /per-/ ialah /pe-/,
jika bentuk dasarnya bersuku awal dengan bunyi /er-/
Contoh:
/per-/
+ temak " peternak
/per-/
+ kerja " pekerja
3) Variasi bentuk
/per-/ ialah /pel-/, jika melekat pada bentuk dasar "ajar"
Contoh:
/per-/
+ ajar " pelajar
5.1.6 Proses Prefiksasi /ter-/
Awalan /ter-/ termasuk awalan yang produktif. Pengimbuhannya
dilakukan dengan cara mengaitkannya di muka kata yang diimbuhkannya. Prefiks /ter-/ mempunyai
varian dengan variasi beberapa bentuk seperti:
1) Jika fonem awal dasarnya /r-/, maka variasi bentuk /ter-/
ialah /te-/
Contoh:
/ter-/ + rasa " terasa
2)
Jika kata dasar
bersuku awal dengan diakhiri fonem /r-/, maka variasi bentuk /ter- / ialah /ter-/
atau /te-/. Yang lebih sering terpakai ialah /te-/.
Contoh:
/ter-/ + perdaya " terperdaya
3) Prefiks /ter-/ tetap pada beberapa bentuk tertentu
Contoh:
/ter-/ + kaya " terkaya
/ter-/ + keras " terkeras
4)
Terhadap beberapa kata tertentu
/ter-/ menjadi /tel-/. mengalami proses gejala disimilasi.
Contoh:
/ter-/ + anjur " telanjur
/ter-/ + antar " telantar
5.2 Proses Infiksasi
5.2.1 Proses /-el/, /-em/, /-er/
Infiksasi /-e1-/, /-em-/, /-er-/ tidak mempunyai variasi
bentuk dan ketiganya merupakan imbuhan yang tidak produktif. Artinya, tidak
digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru. Pengimbuhannya dilakukan dengan
cara menyisipkan diantara konsonan dan vokal suku pertama pada sebuah kata
dasar.
Contoh:
/-el-/ + tapak " t-el-apak " telapak
/-er-/ + gigi " g-er-igi " gerigi
/-em-/ + tali " t-em-ali " temali
5.3 Proses Sufiksasi
5.3.1 Proses sufiksasi /-kan/
Sufiks /-kan/ tidak mempunyai variasi
jadi untuk situasi dan kondisi manapun bentuknya sama. Pengimbuhan dilakukan dengan cara
merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. fungsi akhiran /-kan/ adalah
membentuk kata kerja transitif, yang gunakan di dalam:
Contoh:
padam + /-kan/ " padamkan
lebar + /-kan/ " lebarkan
.5.3.2 Proses sufiksasi /-an/
Sufiks /-an/ menempel pada bagian
belakang bentuk dasamya. Akhiran /-an/ tidak mempunyai variasi bentuk.
Pengimbuhan dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya.
Contoh:
gambar + /-an/ " gambaran
semprot + /-an/ " semprotan
5.3.3 Proses sufiksasi /-i/
Sufiks /-i/ menempel pada bagian
belakang bentuk dasamya. Akhiran /-i/ tidak mempunyai variasi bentuk.
Pengimbuhan dilakukan dengan merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya.
Contoh:
melempar + /-i/
" melempari
memanas + /-i/ " memanasi
5.4 Proses Konfiksasi
5.4.1 Proses Konfiksasi /ke-...-an/
Imbuhan gabungan ke-...-an/ adalah awalan /ke-/ dan akhiran
/-an/ yang secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau sebuah
bentuk dasar. Pengimbuahannya dilakukan secara serentak. Artinya, awalan /ke-/
dan akhiran /an/ itu secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar
atau sebuah bentuk dasar. Umpamanya pada kata dasar nakal sekaligus diimbuhkan.
Awalan /ke-/ + nakal + /-an/ itu sehingga langsung menjadi kenakalan. Kalau
dibangunkan proses pembentukkan kata kenakalan adalah:
Ke
nakal an
5.4.2 Proses Konfiksasi /per-...-an/
Imbuhan gabungan /per-.,an;/ adalah awalan /per-/ dan /-an/
yang secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk
dasar. Pengimbuahannya dilakukan secara serentak. Artinya, awalan /per-/ dan
akhiran /-an/ itu secara bersama-sama diimbuhkan pada sebuah kata dasar atau
sebuah bentuk dasar.
/per-/ + kumpul
+ /-an/ " perkumpulan
/per-/ + temu +
/-an/ " pertemuan
Berikut
contoh bentuk afiksasi yang mempunyai kekonsitenan makna.
rakit
merakit
perakit
perakitan
rakitan
terbit
menerbitkan
penerbit
penerbitan
terbitan
telaah
menelaah
penelaah
penelaahan
telaahan
gali
menggali
penggali
penggalian
galian
hapus
menghapus
penghapus penghapusan
hapusan
ringkas
meringkas
peringkas
peringkasan
ringkasan
capai
mencapai
pencapai
pencapaian
capaian
layan
melayani
pelayan
pelayanan
layanan
putus
memutuskan
pemutus
pemutusan
putusan
simpul
menyimpulkan penyimpul
penyimpulan
simpulan
ubah
mengubah
pengubah
pengubahan
ubahan
ajar
mengajar
pengajar
pengajaran
ajaran
pimpin
memimpin
pemimpin
pemimpinan
pimpinan
bangun
membangun
pembangun
pembangunan
bangunan
bina
membina
pembina
pembinaan
binaan
Selain itu, pembentukan kata berikut
mengikuti pola tersendiri.
tani
bertani
petani
pertanian
tinju
bertinju
petinju
pertinjuan
silat
bersilat
pesilat
persilatan
mukim
bermukim
pemukim
permukiman
gulat
bergulat
pegulat
pergulatan
Kelompok kata di bawah ini mengikuti cara lain.
Satu
bersatu
mempersatukan
pemersatu
persatuan
Solek
bersolek
mempersolek
pemersolek
persolekan
Oleh
beroleh
memperoleh
pemeroleh
perolehan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian
Dari hasil penelitian ternyata didalam surat kabar yang penulis teliti terdapat
banyak sekali afiksasi dalam setiap kalimat. Seperti yang juga di paparkan oleh
Chaer (1994:1977) bahwa afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar”. dalam
proses afiksasi terlihat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks,
dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Menurut Parera (1994: 18) “proses
afiksasi merupakan suatu proses paling umum dalam bahasa”. Proses afiksasi
terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau diletakkan pada sebuah
morfem bebas secara urutan lurus berdasarkan posisi morfem terikat terdapat
morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut”.
Dalam proses morfologis bahasan Indonesia terdapat beberapa
macam afiks. Adalah sebagai
berikut
1. Prefiks
2. Infiks
3. Sufiks
4. Konfiks
Jadi dalam penelitian ini lebih menekankan pada afiksasi dalam penulisan
surat kabar yang menggunakan Bahasa Indonesian yang benar dan mudah dimengerti
oleh pembaca.
5.2 Saran
Dari simpulan hasil penelitian di atas maka penulis berharap agar hasil
penelitian tentang Afiksasi yang penulis paparkan di atas dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membaca dan juga bisa menambah wawasan kita tentang Afiksasi
yang terdapat dalam Bahasa Indonesia.
Kemudian penulis juga mengharapkan motivasi dan partisipasi dari semua pihak
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sebagai
penyenpurnaan hasil penelian penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A. 1994.
Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah Djajasudarma. 1993. Metode
Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.
http://www.slideshare.net/Rakatajasa/2010/05/06/morfologi-dan-morfofonemik-bahasa-sumbawa-dialek-tongo
Muslich,
Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Parera, Jos
Daniel. 1994. Morfologi. Jakarta. Gramedia.
Ramlan, M.
1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. CV. Karyono. Yogyakarta
Saussure, Ferdinand de. 1988. Pengantar
Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah University Press.unja
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik: Ke Arah
Memahami Metode. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
________. 1993. Metode
dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara
Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Yasin, S. 1987. Tinjauan
Deskriptif Seputar Morfologi. Jogyakarta: Balai Buku Satria Harapan.